Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam budaya dan kerajinannya, bukan hal yang mengejutkan apabila tidak ada habisnya untuk membahas kebudayaan di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di wilayah Indonesia, yang kental akan budaya hingga saat ini. Sesuai dengan nama daerahnya yakni istimewa, sama halnya dengan kebudayaan dan seni yang ada dalam kota ini, salah satunya ialah seni gerabah di Yogyakarta. Seni gerabah sendiri itu apasih? Apakah seni gerabah hanya ada di Yogyakarta? Lalu gerabah di Era Modern sekarang bagaimana? Yuk simak penjelasannya baik-baik ya teman-teman pembacaku.
Seni gerabah merupakan seni membuat kerajian yang menggunakan media tanah liat sebagai bahan mentahnya, dan membutuhkan proses yang cukup memakan waktu, khususnya ketika dalam upaya menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi, baik secara nilai jual atau nilai seninya. Sebenarnya, masyarakat Indonesia telah mengenal kerajinan yang berasal dari tanah liat ini sejak zaman dahulu. Keberadaanya juga tidak hanya di Yogyakarta saja, melainkan di beberapa bagian wialayah Indonesia telah menekuni dan melestarikan salah satu  kesenian dalam negeri ini.
Mengenal seni gerabah di Yogyakarta pasti akan tidak asing mendengar kata Kasongan. Salah satu desa wisata yang melestarikan seni gerabah di Yogyakarta adalah Desa Kasongan Bantul Yogyakarta. Desa yang berjarak kurang lebih sekitar 7 km kearah selatan dari pusat Kota Yogyakarta ini memiliki sebuah identitas apabila memasuki kawasannya, pasti akan disambut dengan gerbang yang berupa gapura besar berwarna merah dengan dua patung kuda di kanan kirinya. Desa ini mulai populer karena kerajinan gerabah dan tembikarnya yang memiliki berbagai macam jenis dan bentuk.
Tentunya Kasongan tidak akan mencapai di titik sekarang tanpa adanya perjuangan, semangat maju masyakarat kasongan yang dirintis sejak tahun 1930-an, dengan mulanya membuat gerabah untuk kebutuhan rumah tangga seperti keren, anglo, kuali. Hingga akhirnya pada tahun 1970, menjadi sentra gerabah dan keramik yang mendunia.Â
Pembuatan gerabah di Desa Kasongan, selalu mengikuti perkembangan zaman, karena seiring berjalannya waktu akan selalu menuntut untuk menuai inovasi. "Sekarang kalo tidak mengikuti tren dan permintaan konsumen untuk apa gerabah, pasti akan kalah dengan barang-barang modern saat ini. Dulu bikin alat memasak, dan alat rumah tangga saja sudah terjual banyak, sekarang ini, gerabah buat vas bunga, wadah payung hingga ke barang-barang untuk hiasaan ruangan." Â ujar Ibu Any sebagai salah satu pemiliki rumah produksi gerabah di Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pembuatan gerabah juga selalu mengikuti perkembangan zaman, tidak hanya dalam bentuk di kerajinan namun juga dalam awal mula pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah yang pastinya berbahan dasar tanah liat, saat ini pembuatan memang ada yang masih secara tradisional.Â
Secara umum gerabah yang dibuat secara tradisional melalui dua teknik pembuatan, yaitu teknik coil dan teknik putar. Teknik coil atau biasa disebut dengan teknik lilin pilin, artinya cara pembuatan dengan menggunakan tangan langsung sesuai dengan bentuk yang diinginkan.Â
Teknik coil ini termasuk dalam pembuatan secara tradisional. Sedangkan teknik putar, termasuk kedalam perkembangan modern dari pembuatan gerabah, yakni pembentukan gerabah dengan menggunakan alat putar, sehingga dapat menghasilkan bentuk yang simetris, berbeda dengan teknik seperti coil, yang menghasilkan hasil tidak simetris setiap produknya. Disamping itu juga, pembuatan menggunakan media cetak mal atau cetakan yang telah ada, menjadi media yang kerap digunakan saat ini, karenal hal tersebut mempermudah apabila terjadi pemesanan yang berjumlah banyak dengan bentuk yang sama.
Selanjutnya setelah pembuatan menggunakan dua teknik tersebut, langkah berikutnya ialah dikeringkan. Gerabah yang dikeringan melalui dua metode yakni dengan tenaga matahari dan diangin-anginkan. Gerabah dikeringkan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada didalam tanah liat tersebut, agar semakin mengeras sehingga hasil produksi tersebut kuat dan tidak menimbulkan keretakan. Setelah itu, apabila sudah dirasa cukup kuat dan kering menuju ke langkah pembakaran. Gerabah dibakar menggunakan tungku dan jerami supaya bentuknya menjadi padat, keras dan kuat terhadap apapun.