Mohon tunggu...
triyandi palupi
triyandi palupi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kerajinan Gerabah di Yogyakarta, Tak Pernah Kuno!

23 April 2021   22:08 Diperbarui: 23 April 2021   22:55 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam budaya dan kerajinannya, bukan hal yang mengejutkan apabila tidak ada habisnya untuk membahas kebudayaan di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di wilayah Indonesia, yang kental akan budaya hingga saat ini. Sesuai dengan nama daerahnya yakni istimewa, sama halnya dengan kebudayaan dan seni yang ada dalam kota ini, salah satunya ialah seni gerabah di Yogyakarta. Seni gerabah sendiri itu apasih? Apakah seni gerabah hanya ada di Yogyakarta? Lalu gerabah di Era Modern sekarang bagaimana? Yuk simak penjelasannya baik-baik ya teman-teman pembacaku.

Seni gerabah merupakan seni membuat kerajian yang menggunakan media tanah liat sebagai bahan mentahnya, dan membutuhkan proses yang cukup memakan waktu, khususnya ketika dalam upaya menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi, baik secara nilai jual atau nilai seninya. Sebenarnya, masyarakat Indonesia telah mengenal kerajinan yang berasal dari tanah liat ini sejak zaman dahulu. Keberadaanya juga tidak hanya di Yogyakarta saja, melainkan di beberapa bagian wialayah Indonesia telah menekuni dan melestarikan salah satu  kesenian dalam negeri ini.

Mengenal seni gerabah di Yogyakarta pasti akan tidak asing mendengar kata Kasongan. Salah satu desa wisata yang melestarikan seni gerabah di Yogyakarta adalah Desa Kasongan Bantul Yogyakarta. Desa yang berjarak kurang lebih sekitar 7 km kearah selatan dari pusat Kota Yogyakarta ini memiliki sebuah identitas apabila memasuki kawasannya, pasti akan disambut dengan gerbang yang berupa gapura besar berwarna merah dengan dua patung kuda di kanan kirinya. Desa ini mulai populer karena kerajinan gerabah dan tembikarnya yang memiliki berbagai macam jenis dan bentuk.

Tentunya Kasongan tidak akan mencapai di titik sekarang tanpa adanya perjuangan, semangat maju masyakarat kasongan yang dirintis sejak tahun 1930-an, dengan mulanya membuat gerabah untuk kebutuhan rumah tangga seperti keren, anglo, kuali. Hingga akhirnya pada tahun 1970, menjadi sentra gerabah dan keramik yang mendunia. 

Pembuatan gerabah di Desa Kasongan, selalu mengikuti perkembangan zaman, karena seiring berjalannya waktu akan selalu menuntut untuk menuai inovasi. "Sekarang kalo tidak mengikuti tren dan permintaan konsumen untuk apa gerabah, pasti akan kalah dengan barang-barang modern saat ini. Dulu bikin alat memasak, dan alat rumah tangga saja sudah terjual banyak, sekarang ini, gerabah buat vas bunga, wadah payung hingga ke barang-barang untuk hiasaan ruangan."  ujar Ibu Any sebagai salah satu pemiliki rumah produksi gerabah di Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pembuatan gerabah juga selalu mengikuti perkembangan zaman, tidak hanya dalam bentuk di kerajinan namun juga dalam awal mula pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah yang pastinya berbahan dasar tanah liat, saat ini pembuatan memang ada yang masih secara tradisional. 

Secara umum gerabah yang dibuat secara tradisional melalui dua teknik pembuatan, yaitu teknik coil dan teknik putar. Teknik coil atau biasa disebut dengan teknik lilin pilin, artinya cara pembuatan dengan menggunakan tangan langsung sesuai dengan bentuk yang diinginkan. 

Teknik coil ini termasuk dalam pembuatan secara tradisional. Sedangkan teknik putar, termasuk kedalam perkembangan modern dari pembuatan gerabah, yakni pembentukan gerabah dengan menggunakan alat putar, sehingga dapat menghasilkan bentuk yang simetris, berbeda dengan teknik seperti coil, yang menghasilkan hasil tidak simetris setiap produknya. Disamping itu juga, pembuatan menggunakan media cetak mal atau cetakan yang telah ada, menjadi media yang kerap digunakan saat ini, karenal hal tersebut mempermudah apabila terjadi pemesanan yang berjumlah banyak dengan bentuk yang sama.

Selanjutnya setelah pembuatan menggunakan dua teknik tersebut, langkah berikutnya ialah dikeringkan. Gerabah yang dikeringan melalui dua metode yakni dengan tenaga matahari dan diangin-anginkan. Gerabah dikeringkan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada didalam tanah liat tersebut, agar semakin mengeras sehingga hasil produksi tersebut kuat dan tidak menimbulkan keretakan. Setelah itu, apabila sudah dirasa cukup kuat dan kering menuju ke langkah pembakaran. Gerabah dibakar menggunakan tungku dan jerami supaya bentuknya menjadi padat, keras dan kuat terhadap apapun.

Pembakaran juga mengalami perkembangan agar semakin efektif mengikuti zaman. Dahulu pembakaran masih menggunakan tungku dan jerami, kini pembakaran sendiri menggunakan sebuah tempat yang cukup lumayan besar namun tetap menggunakan kayu bakar, namun kelebihannya bisa memuat banyak sekali produksi. Namun kelemahannya, pembakaran menggunakan tungku menghasilkan produk yang lebih baik dan merata, walaupun dengan biaya yang mahal.

Sumber Dokpri
Sumber Dokpri

Maka setelah wujud kerajinan tanah liat ini terbentuk dengan baik, selanjutnya yakni tahap finishing atau kreasi dari gerabah itu sendiri. Dalam hal ini gerabah memasuki beberapa tahap, yakni tahap menghaluskan, tahap memberi cat dasar dan tahap memberi hiasan. Tahap menghaluskan yakni menggunakan media amplas, tahap ini berguna untuk menghaluskan tekstur gerabah agar mudah diberi cat dasar. Selanjutnya masuk ke tahap cat dasar yakni berguna untuk memberikan agar cat warna di tahap ke tiga mudah menempel dan tidak mudah luntur. Sebenarnya pada tahap ketiga ini tidak berpatok pada melukis dengan cat warna, namun bisa dengan menempel atau menganyam dengan bahan lain terhadap produk gerabah.

Seperti yang diungkapkan oleh Bu Any mengenai bentuk gerabah akan selalu memenuhi permintaan konsumen, artinnya para pengrajin gerabah akan selalu mengikuti tren yang ada di setiap perkembangan zaman. Kenyataannya semakin bekembangnya zaman, seni gerabah memang tidak akan termakan waktu, yang mana kita tahu bahwa banyak produk-produk yang lebih mudah didapatkan dengan harga yang dapat dibilang cukup murah untuk dimiliki. Namun sebagai budaya Indonesia, seni gerabah selalu memiliki keunikan tersendiri yang wajib untuk kita miliki. Unsur estetika yang terletak didalam seni gerabah tidak akan dimiliki barang-barang yang menyainginya. Keindahan yang menyertai sebuah seni, memiliki beberapa prinsip yakni kesatuan atau unity, keselarasan atau harmoni, keseimbangan atau balance dan kontras.

Penggunaan kerajinan gerabah di Era Modern ini mungkin tidak banyak yang menyadarinya, namun apabila jeli dalam melihat pasti akan mengetahuinya. Produk-produk gerabah yang beragam macamnya, seperti produk tempat makan, vas bunga, interior hingga ke mozaik panjangan. Produk-produk gerabah ini juga diekspor hingga ke mancanegara, seperti Australia, Asia hingga Eropa. Desain dan produk dari finishing gerabah, yang dibuat semakin modern, membuat peminatnya tidak akan ada hentinya, walaupun tetap saja pengrajin mempertahankan bentuk-bentuk yang dari dulu ada.

Sumber Dokpri
Sumber Dokpri
Namun sebenarnya tidak dipungkiri memang peminat dan kuota pendatang lumayan berkurang, ditambah lagi adanya pandemi yang sedang berlangsung. Namun tetap besar harapannya bagi para pengrajin maupun para rumah produksi gerabah, untuk selalu tetap bisa menjadikan gerabah sebagai sebuah mata pencaharian sekaligus melestarikan salah satu budaya di negara Indonesia. Lalu bagaimana teman-teman, yuk ikut melestarikan budaya Indonesia dengan memiliki produk dalam negeri kita satu ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun