Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Risma, Pelit untuk Masyarakat

23 April 2014   09:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa bilang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi penghalang sebuah daerah untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat? Jika pemerintah daerah memang berniat mensejahterakan masyarakat, maka usaha pengetatan pengeluaran bisa dilakukan dan pengalokasian dana sesuai proporsinya.

Hal ini dibuktikan oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang memaparkan bagaimana kesuksesannya mengelola APBD Surabaya yang tidak banyak supaya bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Risma mengaku keuangan pemerintah Surabaya hanya 1/12 dari pemerintah Jakarta.

Namun begitu, ia mengatakan bisa memberikan sekolah dan pelayanan kesehatan gratis. Tak hanya itu, ia juga bisa memberikan makan pada orang kurang mampu sebanyak tiga kali sehari. Juga membayar pengamen untuk bermain di taman kota sebesar Rp 2,5 juta sekali bermain. Untuk melakukan hal tersebut, Risma mengaku melakukan efisiensi pada keuangan.

"Uang kami hanya 1/12 Jakarta, yang kami lakukan membuat organisasi efisien," kata dia saat berkunjung ke BEI, Jakarta, Senin (21/4/2014) (liputwn6.com).

Lalu apa saja yang dilakukan oleh Risma? Risma melakukan efisiensi mengurangi jumlah kelembagaan dan transparansi keuangan. Contohnya dulu lurah jumlahnya 163, sekarang 154. Dari transparansi, ia mengaku bisa menekan biaya dinas dari Rp 19 miliar menjadi Rp 9 miliar. Bahkan biaya untuk beli amplop harus dirinci satu-persatu pada laporan keuangan.

Karena kebijakannya tersebut, Risma mengatakan bahwa
dirinya adalah orang pelit. "Pokoknya pelit saya. Pelit kan demi masyarakat."

Hebat bukan? Pengelolaan keuangan pemerintah dengan efisiensi pengeluaran melalui pengurangan jumlah kelembagaan dan transparansi keuangan adalah cara ampuh untuk bisa mengoptimalkan APBD untuk mensejahterakan masyarakat. Memang terkesan pelit tapi sebenarnya melakukan penghematan dan menghindari penggunaan APBD untuk hal-hal yang kurang tepat.

Sudah jadi rahasia umum bahwa penggemukkan birokrasi merupakan cara bagi kepala daerah untuk membagi-bagi kue kekuasaan. Jabatan-jabatan yang tidak perlu dibentuk untuk memberikan jatah kepada para pendukungnya ketika melakoni Pilkada. Apalagi hal ini sering dijadikan juga oleh kepala daerah untuk menyediakan dana bagi partainya.

Selain itu, penggunaan biaya dan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah tidak jarang terjadi mark up, atau dengan kata lain, penggelembungan biaya untuk meraup keuntungan. Bahkan tidak jarang ada biaya-biaya fiktif yang membebani APBD.

Melakukan efisiensi dengan melakukan pengurangan atau optimalisasi kelembagaan serta transparansi pengeluaran adalah cara yang tepat untuk membuat APBD dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Sekali lagi, hal ini membuktikan bahwa kesejahteraan masyarakat dibuktikan bukan karena banyaknya APBD atau APBN, melainkan niat sang pemimpin untuk mensejahterakan rakyatnya.

Karena itu, marilah kita dengan jeli melihat siapakah para pemimpin yang punya niatan untuk mensejahterakan rakyat, bukan partainya, keluarganya, dan bahkan perusahaannya. Memilih pemimpin yang siap memberikan segalanya kepada rakyat dengan melakukan optimalisasi birokrasi dan transparansi anggaran. Cara mudahnya adalah dengan melihat kepribadian dan gaya hidup calon pemimpin sebelum mereka menjadi seorang pemimpin.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun