Lalu bagaimana seharusnya dalam modernitas dan kebenaran risalah Islam ini? bukankah kapal kita sudah terlalu lama tidak ada kaptennya? terlalu tidak nyaman para penumpangnya?
Maka mungkin izzah Din ini akan kembali seiring para anak kecil yang merengek mengurangi rengekkannya dan memberikan solusi solutif untuk 'kapal' ini, mungkin akan kembali bergema syariat di seluruh penjuru ketika para pekerja dan buruh harus bisa sedikit memberontak atas aturan-aturan yang mencekik leher mereka, sehingga kerja mereka lebih terlihat jati dirinya sebagai awak 'kapal'. Bahkan mungkin seorang kapten akan kembali memimpin, ketika orang-orang yang paham tentang 'laut' dan 'kapal' telah kembali peduli akan kebutuhan umat. tidak melulu mengurusi masalah-masalah baru dan meluruskan aqidah, bahwa kebutuhan sesungguhnya adalah untuk tidak saling mencerca, dan menjalani Islam ini sebagai manhaj hidup yang syamil, dalam semua aspek, bahkan aspek kepemimpinan.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٠٤-
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Allahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H