Mohon tunggu...
Don MD
Don MD Mohon Tunggu... Editor - Tukang Tulis, Tukang Foto, Tukang Video

Saya adalah orang yang cinta mati dengan sepakbola, tiga per empat cinta dengan sastra, setengah cinta dengan travelling, setengah cinta dengan dunia jalanan dan ga lengkap rasanya kalau ngga mengkritik sesuatu dalam sehari.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yang Tak Biasa dari Christophe Galtier

20 Februari 2023   21:03 Diperbarui: 20 Februari 2023   21:05 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak mengherankan ketika Messi adalah orang paling disorot usai laga Paris Saint-Germain (PSG) melawan Lille pada lanjutan Ligue 1, Minggu (19/2/2023) kemarin. Gol Messi di menit akhir menjadi penentu kemenangan PSG pada laga itu.

Selebrasi-selebrasi atas gol tersebut berseliweran di media sosial, baik itu selebrasi para pemain PSG, Antonella Roccuzzo-istri Messi, Pelatih PSG Christophe Galtier, official tim dan para suporter. Namun ada yang patut disorot pada selebrasi itu, yaitu Pelatih PSG Christophe Galtier. Selebrasinya agak tak biasa. Dia berlari dengan cukup emosional dan berkerumun bersama para pemain.

Ekspresi itu seakan menunjukkan bahwa ada keresahan yang terpendam cukup lama di dirinya. Bahkan, lebih dari keresahan, kekhawatiran atau ketakutan lebih tepatnya. Jelas ini cukup beralasan karena memang performa PSG sedang tidak baik-baik saja. 

Sebelum laga ini, PSG kalah 3 kali secara beruntun, masing-masing melawan Marseille dengan skor 1-2, kemudian melawan Monaco dengan skor 1-3 dan terakhir kontra Bayern Munich di babak perdelapan final Liga Champions dengan skor 0-1.

Tak hanya bicara skor, namun dalam hal efektivitas permainan, PSG pun kalah dari lawan-lawannya. Melawan Marseille, shots on target pun PSG kalah jauh, yakni 8 berbanding 3. Begitu juga corner kicks, 6 berbanding 1. Padahal saat itu PSG masih diperkuat skuad lengkap, hanya minus Mbappe yang cedera. 

Lanjut pertandingan melawan Monaco, yang saat itu mereka tidak diperkuat Messi, Mbappe dan Veratti, PSG juga kalah jauh dalam shots on target, yakni 9 berbanding 2 serta kalah corner kicks, 3 berbanding 2. 

Pun begitu saat melawan Bayern Munich, PSG kalah shots on target dan corner kicks, dimana mereka diperkuat skuad lengkap dengan Trio MMN (Messi, Mbappe, Neymar), walau Mbappe baru masuk menggantikan Carlos Soler di menit 57.

Data dan statistik tersebut jelas menunjukkan bahwa anak asuh Christophe Galtier sedang di bawah performa. Bukan hanya karena cedera yang menghantui para pilarnya, namun memang efektivitas lini per lini pun tampak tak 'bergigi'.

Tentu saja ini adalah kekhawatiran bagi sang pelatih. Sejak menangani PSG pada 5 Juli 2022 lalu menggantikan Mauricio Pochettino, ini adalah pertama kalinya PSG kalah 3 kali secara beruntun. Tentu ini adalah rekor buruk yang mengancam kursi kepelatihannya di klub ibukota Prancis itu. 

Apalagi, posisi pelatih PSG sudah menjadi perbincangan hangat awak media. Bahkan nama Zinedine Zidane santer dikabarkan bakal mengisi kursi kepelatihan PSG.

Jadi, tak heran ketika melihat ekspresi Galtier sangat emosional usai gol Messi tersebut, hal yang jarang terjadi pada kemenangan demi kemenangan yang diraih PSG.

Galtier memang kelihatan masih belum menemukan pattern yang pas untuk PSG. Dilihat dari skuad yang diisi pemain-pemain hebat di setiap lini, tidak semestinya PSG meraih hasil buruk seperti yang terjadi di musim ini. PSG memang cukup berani menjadikan Galtier sebagai pelatih. 

Dilihat dari rekam jejaknya, prestasi pria kelahiran 23 Agustus 1966 ini tidak bagus-bagus amat. Dia hanya bisa mempersembahkan Saint-Etienne juara Piala Liga Prancis di musim 2012/2013 setelah 8 tahun menangani tim tersebut. Prestasi yang cukup mentereng, yaitu membawa LOSC Lille meraih gelar juara Ligue 1 Prancis musim 2020/2021.

Tapi, takdir sudah membawa Galtier untuk 'meramu' dan menangani para mega bintang. Tak ada yang bisa diperbuatnya kecuali menang, menang dan menang, karena target pemilik PSG Nasser Al-Khelaifi tidak main-main: juara pada setiap kompetisi yang ada.

Sudah sepantasnya tekanan yang didapatkan lebih besar karena klub yang ditangani adalah klub bertabur bintang dan uang.

Tetap semangat, Galtier. Setidaknya, dirimu adalah salah satu pelatih paling beruntung di dunia, karena melatih seorang manusia ajaib, Lionel Messi. Seperti kata Andres Iniesta: Messi telah membuat semua hal sulit menjadi terlihat mudah. Jadi, bersenang-senanglah bersama Messi, Mbappe dan Neymar.

Keep in fight, Sieur!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun