"Memang itu menjadi masalah?" tanya Abi.
"Mungkin tidak bagiku, tapi bagi pacar-pacarmu itu pasti menjadi masalah..."
"Ah, itu kan perasaanmu saja."
"Kamu harus belajar menghargai wanita-wanitamu, Abi..." kali ini suara Dewi terdengar serius.
Abi menatapanya. Mata yang lembut dan indah, sebenarnya, tetapi terlihat sangat tegas. Tak ada terlihat kesan sombong dan marah di sana, tapi menjelaskan bahwa apa yang dikatakannya tadi adalah sebuah kebenaran.
Abi yang tadi hampir tertawa ketika mendengar itu, tiba-tiba mengurungkannya setelah melihat mata lembut tapi tegas itu. Dia pura-pura menggaruk kepalanya yang tak gatal. Hal yang sering dilakukannya ketika dia tak tahu apa yang harus dilakukannya, termasuk ketika salah tingkah di depan gadis itu.
"Aku bicara serius," sambung gadis itu lagi.
Kembali, Abi menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.
"Iya iya. Aku tahu..."
"Seandainya aku kekasihmu dan kamu melakukan itu padaku, apakah kamu tega melihatku menderita karena tersakiti olehmu?"
"Aku... Aku..." suara Abi terdengar kelu. Dia tak bisa menjawabnya.