Mohon tunggu...
Pak Ugi
Pak Ugi Mohon Tunggu... profesional -

read & write, berita99.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tahun Sial (?)

2 Januari 2013   18:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:36 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BANYAK yang mengaitkan angka 13 dengan kesialan. Tentu saja ini sebuah kebodohan. Tak semua yang duduk di kursi no 13 pesawat atau kereta api mengalami kecelakaan. Tak semua pasangan yang menikah di tanggal 13 akan berakhir sial. Tak semua orang sial sepanjang tahun di usianya yang ke-13.

Sayangnya, kebodohan ini masih terus diwariskan dan dilestarikan. Masih banyak yang memegang teguh keyakinan bodoh ini di era teknologi informasi ini. Termasuk, yang menganggap tahun 2013 ini akan dipenuhi banyak kesialan.

Prasangka yang diyakini kebenarannya ini tentu menjadi semacam doa. Maka kalau anda merasa bahwa tahun 2013 ini akan dipenuhi kesialan, siap-siaplah untuk menerima kesialan sesungguhnya selama setahun ini. Sebab, prasangka anda akan menjadi semacam doa. Dan Tuhan yang Maha Pemurah akan mengabulkan doa anda...

Tetapi tunggu dulu, bagi anda yang punya keyakinan bahwa tahun 2013 akan penuh kesialan, jangan dulu bersorak. Sebab, tahun ini memang potensial penuh kesialan, terutama bagi bangsaIndonesia. Bukan karena angka 13-nya, tetapi karena 14-nya. Maksudnya?

Di tahun 2014, bangsa Indonesia akan punya gawe besar. Pileg dan Pilpres. Inilah yang memicu potensi "kesialan" bagi rakyat Indonesia di tahun 2013.

Di tahun 2013 ini, semua yang berkepentingan dengan gawe besar 2014 tadi akan berlaku seperti sopir angkot mengejar setoran. Ngebut, salip kanan kiri, kalau perlu srudak sruduk juga tak jadi soal.

Para pembantu Presiden akan mulai berhitung soal loyalitas. Akan loyal kepada partainya atau bertahan loyal kepada Presiden yang akan lengser 2014? Yang bukan dari parpol akan mulai lirak-lirik, mana parpol yang bisa dijadikan tempat bergantung.

Antar parpol sendiri akan makin tajam memperhitungkan kekuatan masing-masing. Peluang berkoalisi atau bertarung berhadapan terus ditimbang-timbang.

Di internal partai-partai pun terjadi hal serupa. Antar elitenya mulai saling sikut, berebut posisi strategis.

Dalam situasi ini, antar partai dan di internal partai-partai mulai saling menggoyang integritas lawan. Maka bermunculanlah skandal-skandal korupsi yang melibatkan para elite. Bukan baru terjadi sebetulnya, tetapi baru terungkap. Tepatnya, baru diungkap. Sengaja disimpan untuk diungkap di saat yang tepat.

Bakal makin ramai, karena masing-masing pihak menyimpan kartu mati pihak lawan. Makin ramai juga lantaran hampir semua partai punya aib yang sama. Partai yang berkuasa akan makin kencang digoyang. Bukan semata karena semua ingin merebut posisinya, tetapi juga lantaran tabungan masalahnya pun seabrek gara-gara polah para elitenya yang tak tahan godaan kekuasaan.

Kalau sudah begini, tentulah rakyat yang akan menanggung sial. Rakyat akan dibuat bingung dalam memilih siapa yang layak menjadi wakil mereka di parlemen. Bingung pula memilih siapa yang pantas memimpin Indonesia di 2014. Semua calon akan terlihat penuh bopeng dan koreng.

Tetapi, tak memilih bukan berarti selamat dari kesialan tersebut. Sebab, dalam sistem demokrasi, tidak memberi suara berarti memberi peluang kepada yang bersuara untuk mengambil keputusan. Yang tidak memilih akan dipaksa tunduk pada hasil pemilihan.

Bukankah SBY juga menjadi Presiden anda, meskipun anda tidak mencoblos pada Pilpres 2009 lalu? Apakah anda yang tidak mencoblos pada Pilpres 2009 lalu memiliki presiden selain SBY? Bukankah anda juga harus tunduk pada aturan perundang-undangan produk parlemen hasil pemilu 2009, meskipun anda golput ketika itu?

Karena itu, di tengah suramnya potensi kesialan 2013 ini, bangsa Indonesia tak boleh kehilangan harapan. Mereka yang masih memiliki harapan, tak akan pernah benar-benar ditimpa sial. Kesialan adalah jika kita sama sekali tak memiliki  harapan lagi.

Maka, ayo tumbuhkembangkan terus harapan itu pada saat-saat terakhir menjelang penentuan nasib bangsa di tahun 2014. Kita masih punya waktu setahun untuk menilai siapa yg sungguh-sungguh bekerja untuk rakyat, siapa yang hanya untuk pencitraan yang bermuara pada ulah yang menyengsarakan rakyat.

Dengan begitu, 2013 bukanlah tahun sial bagi bangsa Indonesia.

sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun