Kalau sudah begini, tentulah rakyat yang akan menanggung sial. Rakyat akan dibuat bingung dalam memilih siapa yang layak menjadi wakil mereka di parlemen. Bingung pula memilih siapa yang pantas memimpin Indonesia di 2014. Semua calon akan terlihat penuh bopeng dan koreng.
Tetapi, tak memilih bukan berarti selamat dari kesialan tersebut. Sebab, dalam sistem demokrasi, tidak memberi suara berarti memberi peluang kepada yang bersuara untuk mengambil keputusan. Yang tidak memilih akan dipaksa tunduk pada hasil pemilihan.
Bukankah SBY juga menjadi Presiden anda, meskipun anda tidak mencoblos pada Pilpres 2009 lalu? Apakah anda yang tidak mencoblos pada Pilpres 2009 lalu memiliki presiden selain SBY? Bukankah anda juga harus tunduk pada aturan perundang-undangan produk parlemen hasil pemilu 2009, meskipun anda golput ketika itu?
Karena itu, di tengah suramnya potensi kesialan 2013 ini, bangsa Indonesia tak boleh kehilangan harapan. Mereka yang masih memiliki harapan, tak akan pernah benar-benar ditimpa sial. Kesialan adalah jika kita sama sekali tak memiliki harapan lagi.
Maka, ayo tumbuhkembangkan terus harapan itu pada saat-saat terakhir menjelang penentuan nasib bangsa di tahun 2014. Kita masih punya waktu setahun untuk menilai siapa yg sungguh-sungguh bekerja untuk rakyat, siapa yang hanya untuk pencitraan yang bermuara pada ulah yang menyengsarakan rakyat.
Dengan begitu, 2013 bukanlah tahun sial bagi bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H