Ada apa dengan Pelatih Bima Sakti sehingga tidak menganggap penilaian Pep Guardiola terhadap Tristan sebagai sebuah ukuran/standar yang harus dipakai untuk membentuk timnas merah putih yang mumpuni. Prestasi apa yang sudah ditoreh Bima Sakti dalam kapasitasnya sebagai Pelatih sehingga meniadakan pendapat pelatih sekelas Pep Guardiola??
Jadi pelatih Bima Sakti janganlah keras kepala dan terlampau menonjolkan ke”aku”annya dalam memilih pemain. Katakanlah Tristan juga masih banyak kelemahan tapi keunggulan yang dimilikinya sudah diakui pelatih kelas Dunia, kenapa tidak menjadi pertimbangan. Toh Tristan masih sangat belia, masih banyak waktu membenahi kekurangannya. Janganlah membuat ukuran sendiri misalnya karena Tristan belum terasah di kompetisi yang ketat sehingga alasan itu mematikan peluangnya membela merah putih.
Ada banyak pelatih kelas Dunia yang tadinya keras kepala tetapi akhirnya tetap membuka diri terhadap masukan masukan masyarakat yang menginginkan sepak bola negerinya maju. Dengan membuka diri menerima saran, para pelatih juga terbantukan menutupi kekurangannya yang mungkin saja ada talenta yang terluput dari pemantauannya.
Di samping itu juga, kelak dalam diri pelatih juga tidak akan terlampau merasa bersalah jika timnya gagal karena sudah menggunakan segala talenta yang ada.
Seharusnya pelatih Bima Sakti sadar ketika dihunjuk sebagai pelatih timnas harus merasa bahwa tugasnya adalah untuk meracik talenta yang ada dan mempunyai strategi khusus untuk membentuk timnas merah putih menjadi tim juara. Bukan justru terjebak dengan ke”aku’annya dan membuang talenta yang ada.
Mari kita terapkan standar tinggi dalam membentuk timnas Merah putih. Tidak terbantahkan penilaian pelatih kelas Dunia sekelas Pep Guardiola adalah sebuah standar tinggi bagi Tristan Alif . Tristan Alif sebagai anak bangsa mempunyai hak membela timnas merah putih karena memiliki standar tinggi tadi.