Kabar itu membuat Dinda tak kuasa menahan tangisnya. Kakaknya dikeroyok di depan minimarket. Lalu salah satu dari mereka menusuknya. Kakaknya meninggal di perjalanan menuju rumah sakit.
"Coba kamu pikir. Mereka mengeroyok di depan minimarket. Bukan di kuburan. Lalu bagaimana bisa orang-orang hanya bisa menonton adegan itu. Apa tidak biadab itu mereka yang foto-foto" ujar teman saya menanggapi cerita yang baru saja kuangkat.
Menurut Dinda, kakaknya pulang liburan bersama istrinya. Nah, masalah bermula di depan pabrik rokok. Mobilnya diserempet.
"Mas tak terima. Akhirnya dia mengejar mobil putih itu. Tak lama, justru dari belakang ada beberapa motor yang mengincarnya. Bahkan ada yang sampai menggedor tubuh mobilnya" mata Dinda merah. Sudah lebih sebulan, tetapi pelaku belum terungkap.
Rupanya, Aripin, memilih menghentikan mobilnya di depan minimarket. Tentu dia berpikir, dengan banyak orang maka pengejarnya itu akan balik kucing.
"Dia turun dari mobil. Tiba-tiba saja ia sudah diserang. Terus terang, aku hanya melongo saja. Kejadian berjalan cepat. Hingga kulihat darah mengucur. Lalu mereka langsung kabur" demikian tutur seorang penjual jus yang mangkal di halaman minimarket.
"Apalagi yang kurang. Maksudku bukti apa yang kurang. Toh juga ada cctv minimarket. Banyak orang juga. Masak begituan nunggu hingga sebulan lebih" Dinda tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.
Istri Aripin tetap berada di mobil saat kejadian. Dia melihat langsung bagaimana suaminya menjadi bulan-bulanan mereka.
"Mbak tak mau bicara hingga saat ini. Tatapannya kosong" isak tangis Dinda semakin keras.
---
Sore itu sepulang kerja, saya mampir di rumah teman. Ada beberapa proyek yang harus diselesaikan.