Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bila E-KTP Tidak Sakti Lagi

13 Juli 2015   12:12 Diperbarui: 13 Juli 2015   12:35 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhasil, dengan keringat berleleran, Jumadi memasuki kantor BCA yang lebih megah lagi dari sebelumnya. Seperti biasa, disapa satpam, menuju pengambilan antre, lalu antre. Pikirannya nampak lebih tenang. Soalnya sudah pasti akan kelar masalah ini. Karena setelah kelar, ia akan mikir untuk lain-lain tentunya. :D

"Foto 4x6 nya mana pak?" lelaki dihadapnnya membuat Jumadi terkesiap. Pertanyaan macam apa itu.

"Lho, tidak bawa Mas. Katanya cuma domisili saja?" katanya mulai panik. TErbayang perjuangannya akan gagal.

"Oh, untuk luar kota perlu blabalabalab..."

Jumadi tahu, birokrasi tidak bisa dilawan. Mungkin seperti "Tuhan barangkali. kalaupun ada yang melawan, lihat saja pak Dahlan Iskan, mengenaskan. Dengan rasa yang bercampur-campur, ia segera meninggalkan kantor. Sepenuhnya sadar, jika dirinya tidak berhak sepenuhnya menyalahkan birokrasi di bank itu. Bisa jadi dirinya tidak siaga dengan menanya lebih dulu ke kantor cabang tersebut. Alih-alih lebih percaya pada share orang-orang di internet. Namun, ia marah sekali. Sekalipun di bulan puasa. Sekalipun marahnya tidak jelas kepada siapapun.

*

Hari kedua, setelah proses mendapatkan foto 4x6 dan surat domisili, Jumadi yang baru saja mandi, segera meluncur ke cabang BCA Krian. Tempat yang ia datangi pertama kemarin. Ritual segera dilakukan. Parkir, disambut satpam, ambil anteran, lalu antree. Bedanya, semua berlangsung cepat. Dalam hitungan beberapa detik, nomornya dipanggil. Langkah tegap Jumadi mengantarnya berhadapan dengan CS yang bernama Ruby. Senyumnya, intonasinya, membuat Jumadi kaku.

Sengaja ia menahan fotonya. KTP dan surat domisili diserahkan. Ajaib, di cabang ini tidak perlu foto. Proses langsung dikerjakan dengan cepat. blabalabalabala. Tanda tangan, setor, dan menunggu proses.

Saat pendaftaran M-Banking, Jumadi diminta nomer hapenya. Sialnya, ia tak hafal nomernya. Sehingga masih harus buka-buka hape terlebih dulu. Prosesi M-Banking dimulai. Mbak Ruby meminjam hapenya. Pendaftaran melalui simcard dilakukan. Setelah lama nunggu loading, akhirnya selesai. Catatan, pendaftaran tidak berhasil. Saldo pulsa tidak cukup. Jumadi malu. Begitulah, hari itu Jumadi pulang dengan perasaan lumayan lega. Buku rekening dan ATM telah bersemayam di tasnya.

*

Begitulah ceritanya teman-teman. Semoga bisa mengambil manfaat. Amiiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun