Cakupan Strategis KESDM
“ Negara-negara maju adalah negara yang sepenuhnya dapat menguasai energi dan menjamin secara optimal energinya untuk kepentingan rakyatnya atau kebutuhan industrinya”. Strategisnya lingkup maupun cakupan kerja KESDM ini, menurut saya begitu raksasa meliputi rangkaian kegiatan dari hulu ke hilir dan dari yang bersifat pengembangan sains sampai dengan bisnis yang mencakup hajat hidup orang banyak.
Terkadang bagi yang hanya berkepentingan pragmatis hanya melihat dari pengembangan bisnis di hilir sebagai contoh mereka hanya melihat yang pertama di bidang migas antara lain keuntungan izin pengusahaan konsesi migas, bisnis ekspor-impor migas, distribusi migas (termasuk bisnis infrastruktur penunjang); kedua di bidang minerba/mineral dan batubara antara lain keuntungan izin pengusahaan konsesi minerba, bisnis ekspor raw material mineral dan batubara,
ketiga adalah dibidang kelistrikan misal antara lain pengadaan logistik batubara untuk PLTU, pengembangan infrastruktur utama maupun penunjang (pengadaan PLTU dan jaringan distribusinya); saya kira banyak sektor lain yang diincar sekedar keuntungan bisnis semata-mata baik jangka pendek maupun panjang, sehingga yang timbul adalah mafia – mafia diberbagai sektor diatas. Menurut saya mereka juga tidak melihat bahwa dibalik itu adanya kepentingan negara/nasional dipertaruhkan untuk kepentingan rakyat Indonesia.
Ketika mereka, kaum pragmatis yang berada di lingkaran kekuasaan maupun tidak, sudah punya kandidat menteri untuk di usulkan kepada Presiden Jokowi, biasanya berlindung dibalik pernyataan bahasa dewa demi memberantas mafia, pengembangan sektor terkait tetapi justru secara halus menguntungkan pihak lain (sesuai latar belakang bisnis mereka). Kaum pragmatis tidak melihat bahwa sektor ESDM perlu pengembangan sektor hulu yang masih jalan ditempat seperti pengembangan eksplorasi pabum, komersialisasi nilai tambah batubara, pengembangan sektor EBTKE dan masih banyak hal terkait.
Di sektor hilir pengembangan nilai tambah mineral logam utama (pemurnian emas, perak, tembaga dan pengolahan tingkat lanjut raw material bauksit, mangan, nikel, bijih besi dll) termasuk harmonisasi dengan sektor industri hilir/manufaktur/barang jadi/konsumen akhir, kemudian pengembangan kilang-kilang migas untuk antipasi sebagai negara “net importir” migas, dan permasalahan lain yang juga raksasa terkait sektor-sektor lainnya misal dengan kehutanan dan LH, Industri dan perdagangan, keuangan dll.
Indonesia sekarang ini harus dipahami sebetulnya kalau kita lihat dari potensi sumberdaya energi dan mineral kita bukan yang kaya secara kuntitatif karena potensi tidak sebesar apa yang masyarakat awam ketahui (berdasarkan statistik energi dunia) walaupun kita kaya akan keragaman potensi mineral dan kualitas migas yang kita punyai.
Sektor ESDM selama ini merupakan salah satu tulang punggung penopang/penyangga APBN sehingga siapapun yang diberi kehormatan untuk menjadi menteri juga harusnya memberikan sumbangan-sumbangan inovatif untuk mencari peluang devisa dengan pengembangan sektor terkait.
Dibidang Migas setelah rantai kebocoran devisa dikurangi, semoga kita bisa mengimpikan seperti Singapura yang tidak punya sumberdaya energi tetapi bisa menjadi ekspotir energi (tentunya kebutuhan energi dalam negeri terpenuhi). Tetapi memang sebagai negara yang masih mempunyai sumberdaya energi terbatas harus dituntut mengelola secara efisien dan optimal dan ini harus didukung oleh sumberdaya manusia yang kompeten tetapi juga harus jujur berjiwa nasionalis.
Hal ini juga berlaku untuk pengelolaan sumberdaya minerba yang harus dikelola secara bijaksana dan bertanggungjawab tidak hanya melulu menjaring investor tetapi juga harus menyeleksi mana yang sungguh2 berinvestasi atau yang hanya abal-abal/cuma calo hanya mencari keuntungan sesaat.
Hal-hal diatas tentunya hanya sebagian contoh kecil saja kupasan/uraian tentang cakupan/lingkup strategis kementerian ESDM, hal lainnya tentunya masih banyak untuk diuraikan. Tetapi yang perlu digaris bawahi untuk menunjang keberhasilan seorang menteri ESDM juga ditunjang jajaran manajemen/organisasi yang solid dan saling bahu membahu juga sumberdaya manusia yang kompeten tetapi juga harus jujur berjiwa nasionalis.