Sementara di pihak lawan, Andra Sony sebagai kader Gerindra mengalami tren kenaikan meskipun posisinya masih berada di bawah elektabilitas  Airin. Elektabilitas Andra Sony semakin meningkat seiring dengan munculnya dukungan dari berbagai partai, termasuk klaim dirinya sebagai pendukung setia Prabowo. Andra juga mampu membangun citra sebagai calon yang membawa perubahan dan kesegaran baru dalam politik Banten. Andra Soni mampu menarik minat pemilih yang merasa jenuh dengan dominasi politik dinasti.
Meskipun begitu, Airin tetap percaya diri untuk memenangkan Pilkada ini. Berbekal popularitas dan pengalaman politik yang luas, Airin merasa yakin bisa meraih kemenangan. Kepercayaan dirinya semakin diperkuat oleh fakta bahwa meskipun elektabilitasnya menurun, ia tetap memimpin dalam berbagai survei. Namun, ia juga menyadari bahwa persaingan semakin ketat, mengingat tren positif yang mulai terlihat pada calon-calon lainnya. Dengan modal tersebut, Airin tetap bertekad untuk mengoptimalkan strategi kampanyenya. Hingga tiba dihari pemilihan, Hasil Quick count menunjukkan, Airin tidak lebih unggul dari rivalnya. Airin Rachmi Diany kalah dalam perebutan suara.
Kekalahan Airin di Provinsi Banten.
Kekalahan Airin Rachmi Diany dalam Pemilihan Kepala Daerah menjadi titik balik yang signifikan dalam perjalanan politik di Banten. Meski sebelumnya ia diprediksi akan menjadi calon yang kuat dan berada di posisi unggul dalam berbagai survei, kenyataan di lapangan justru berbeda. Airin yang dikenal luas sebagai mantan Wali Kota Tangerang Selatan dan memiliki pengalaman politik yang cukup panjang, harus menerima kenyataan pahit ketika akhirnya kalah dalam kontestasi ini.
Kekalahan Airin menandai meredupnya Dinasti Atut yang selama ini mendominasi politik di Banten. Walaupun Elektabilitas dan Kredibilitas Airin cukup baik, tetapi bayang-bayang kasus korupsi yang menjerat keluarga Atut Chosiah tidak akan lupa di ingatan Masyarakat Banten. Meskipun Airin berusaha untuk menampilkan citra positif dan fokus pada program-program yang relevan bagi kemajuan Banten, kenyataan bahwa ia berasal dari keluarga yang terlibat dalam kasus korupsi tidak bisa diabaikan begitu saja oleh pemilih. Apalagi kondisi ini dimanfaatkan oleh kubu lawan.
Bukan hanya Airin saja, di Kabupaten dan Kota Serang. Â Andika Hazrumy, merupakan anak dari Atut Chosiah, menjadi salah satu calon yang diperkirakan akan melanjutkan kekuasaan keluarga Atut di Kabupaten Serang. Meskipun Andika sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur, ia tak mampu mengungguli lawannya.
Begitu pun dengan Ratu Ria, adik tiri dari Atut Chosiah, yang maju dalam Pilkada Kota Serang. Meski memiliki latar belakang politik yang kuat dan sebagai mantan anggota legislatif di Kota Serang, Ratu Ria tidak mampu mengalahkan pasangan Budi-Agis pada kontestasi Pilkada tahun ini. Ratu Ria yang berusaha mendapatkan dukungan dengan menggandeng mantan Wakil Wali Kota Serang, Subadri Ushuluddin, ternyata tidak cukup kuat untuk membendung gelombang dukungan yang diberikan kepada lawannya.
Kekalahan keluarga Atut di beberapa daerah mencerminkan adanya perubahan besar dalam preferensi pemilih di Provinsi Banten. Masyarakat Banten yang selama bertahun-tahun berada di bawah dominasi keluarga Atut, mulai menunjukkan kecenderungan dengan mecoba memilih pemimpin yang notabene antitesa dari Dinasti Atut.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H