Perbedaan lain soal cara menangani kemacetan di Sawangan. IBH menawarkan pembangunan flyover, SS menjanjikan pelebaran jalan.
Jadi bisa disimpulkan, diantara kedua calon ini memiliki visi-misi-program yang tak jauh berbeda. Hampir mirip-mirip, meski ada sedikit perbedaan teknis.
Perbedaan yang mencolok itu hanya satu, IBH diusung PKS dan Golkar, SS diusung 12 parpol selain itu. Makanya 'narasi perubahan' digaungkan SS untuk melawan PKS yang sudah berkuasa selama 20 tahun.
Namun, narasi perubahan yang diusung SS itu harus dimaknai 'hanya' sekadar bertukar posisi siapa yang akan berkuasa saja. Bukan soal visi-misi dan programnya, karena keduanya hampir sama.
Hal penting lainnya, meski keduanya terlihat sedikit berbeda dari sisi per-kubu-an politik, namun sebenarnya antara IBH dan SS ini sama-sama orang lama.
Bagaimana tidak, IBH adalah politisi PKS tulen, dia pernah menjadi anggota DPRD Provinsi dan Wakil Walikota Depok saat ini. Karier politiknya merentang dari PKS berdiri hingga sekarang.
Sementara, SS adalah birokrat yang mengabdi di Pemkot Depok selama 25 tahun. Dia pernah menempati banyak jabatan, hingga akhirnya menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Depok.
Artinya, IBH dan SS ini sama-sama berasal dari pemerintahan Depok. Dari sisi politik, IBH dan SS juga sama-sama 'menyokong' kekuasaan PKS selama 20 tahun terakhir, tentu dengan porsinya masing-masing.
Selain itu, SS konon dikabarkan juga masih berkerabat dengan Walikota Depok sebelumnya, KH. Idris Somad. Ia disebut sebagai 'keponakan jauh' dari Pak Kiai--sebutan akrab KH. Idris Somad.
Bahkan ada selentingan bahwa Kiai Idris ini main dua kaki pada Pilkada Depok. Satu kaki mendukung IBH karena berasal dari partai yang sama, namun kaki satunya lagi berada di sisi Supian Suri karena masih keluarga.
Depok akan Begini-Begini Saja?