JAGORIKO, yaitu JAJAN TONGGO NGLARISI KONCO telah di dengungkan sejak awal 2017. Sosialisasi dan internalisasi sudah banyak dilakukan, melalui berbagai media. Online maupun offline. Elektronik maupun cetak. Juga melalui publik figur, simbol-simbol dan lain sebagainya. Pada awal sebelum pandemi slogan ini cukup signifikan dalam mendorong konsumen untuk lebih mencintai produk lokal (konco dan tonggo) sehingga memicu UMKM untuk makin kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kualitas produk. Dengan demikian omzet akan mengalami kenaikan.
Slogan Jagoriko  menekankan beberapa hal sebagai berikut :
Perubahan pola pikir masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam negeri baik barang maupun jasa. Secara redaksional dipersonifikasikan dalam kata TONGGO berarti tetangga dan KONCO berarti teman. Hal ini karena adanya trend pada sebagian masyarakat yang latah, dimana mereka lebih menyukai produk-produk luar dengan alasan, seperti bergaya mewah, gengsi, dan lain-lain.
Melakukan transaksi jual beli dengan TONGGO/KONCO bukan semata mata masalah tukar menukar barang/jasa dengan uang. Tetapi ada NILAI-NILAI SOSIAL Â didalamnya antara lain adalah nilai-nilai kekeluargaan, kepercayaan, kejujuran, komitmen kebersamaan dan lain sebagainya. Ada beban moral terhadap kualitas pelayanan dan kualitas produk ketika konsumen adalah tetangga/teman. Demikian juga ada kepercayaan dari konsumen kepada produsen, sehingga transaksi bisa lebih mudah dan cepat dilaksanakan.
Penanaman nilai-nilai kesadaran dan kebanggaan dengan produk dalam negeri, karena produk dalam negeri tidak kalah berkualitas dengan produk luar negeri. Dalam skala luas hal ini juga peningkatan jiwa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia.
Penekanan terhadap komitmen untuk kaya bersama-sama, bukan mengkayakan yang sudah kaya. Dengan komitmen ini akan menumbuhkan rasa senasib sepenanggungan, sehingga tumbuh jiwa tolong-menolong dan ikhlas berkorban bagi sesama warga.
Penerapan Slogan Jagoriko ini tidak berarti mendorong masyarakat anti dengan produk buatan luar negeri, karena bagaimanapun juga kita tidak bisa terlepas dari hal itu tetapi bagaimana membuat keseimbangan dan kondisi yang lebih menguntungkan masyarakat antara distribusi produk dalam negeri dengan produk luar negeri.Â
Adanya produk luar sebenarnya juga memberikan keuntungan bagi masyarakat seperti terjadinya transfer pengetahuan/teknologi dari luar, memicu motivasi dan kreatifitas masyarakat untuk membuat produk yang lebih unggul, sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memang tidak bisa diproduk di dalam negeri, dan sebagainya.
Di saat pandemi Covid-19, slogan JAGORIKO sangat dirasakan pengaruhnya terhadap penguatan ekonomi masyarakat. Jagoriko membawa misi KAYA BERSAMA-SAMA, bukan MENGKAYAKAN yang sudah kaya.
Bupati Bantul, Â Abdul Halim Muslih, bahkan mengajak masyarakat membeli atau belanja dagangan yang dijajakan di warung tetangga maupun saudara selama masa penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Bupati mengatakan seluruh masyarakat Bantul, utamanya dalam masa PPKM Darurat ini, harus bahu membahu, bergotong-royong, dan saling bersinergi untuk kesejahteraan bersama.