Mohon tunggu...
Fauzan Muarifin
Fauzan Muarifin Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Pemkab Bantul

Aktif di pemberdayaan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money

Jagoriko

6 Oktober 2021   13:24 Diperbarui: 6 Oktober 2021   14:38 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

JAGORIKO DI MASA PANDEMI

Lebih dari satu  dasawarsa berlalu, perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) mengantarkan bangsa Indonesia sampai pada pasar bebas Asia Tenggara. 

Pasar bebas tidak saja berdampak pada arus distribusi barang dan jasa tetapi juga pada pola perilaku masyarakat dalam memperoleh keduanya. 

Sejak resmi diberlakukan pada 1 Januari 2016, pasar bebas bertajuk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community menghadirkan suasana merdeka belanja.

Kemajuan teknologi berdampak pada internet of things. Warga dunia bebas belanja dan bertransaksi baik di pasar lokal mau pun internasional tanpa batas ruang dan waktu. Selain didukung oleh kenyamanan transaksi virtual, belanja di pasar global dinilai lebih murah dibanding produk lokal. 

Pedagang besar lebih berani menawarkan produk serupa dengan harga lebih kompetitif. Beralihnya konsumen dari produk lokal ke produk global memberikan tekanan tersendiri pada tumbuh kembang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 

Beberapa produk UMKM/Warung mengalami penurunan Omzet, bahkan sampai gulung tikar dan harus alih usaha.

Tekanan terhadap UMKM makin bertambah ketika beberapa tahun kemudian muncul fenomena SHIFTING. 

Rhenald Kasali, guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa Fenomena shifting bukan sekadar perpindahan dari transaksi offline ke online. "Namun, berpindahnya produk ke platform. Misalnya perpindahan permainan anak-anak  ke platform dalam bentuk game online

Bukan hanya itu, ada pula fenomena cross shifting atau peralihan ke sektor lain. Misalnya, orang mengurangi konsumsi makanan minuman maupun produk retail seperti baju, lalu dialihkan untuk belanja traveling. Karena itu, semua pelaku usaha harus bisa melakukan scanning atas bisnisnya. Tujuannya, mengetahui apakah fenomena shifting telah menjalari bisnisnya agar bisa secepatnya menyusun strategi yang tepat.

Dan tekanan berat yang berdampak ke semua sektor adalah adanya Pandemi  COVID-19. Pengangguran terjadi dimana-mana karena skema bisnis menjadi terganggu dengan level yang berbeda-beda. Dan yang paling parah adalah sampai banyak yang gulung tikar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun