Bagaimana pun, kita setiap hari tentu bergelut dengan uang tunai. Baik untuk membeli kebutuhan pokok, pakaian, dan sarana kebutuhan harian.
Saat perpindahan uang dari satu orang ke orang lain, memungkinkan virus bisa bertukar tempat. Apalagi orang tersebut berisiko terkena COVID-19.
Tetap Kreatif dan Tidak Panik
Di tengah ketidakpastian pandemi COVID-19, kata Ita, masyarakat diminta tetap kreatif dan tidak panik. "Di saat kondisi seperti ini, peran keluarga sangat besar. Jangan malah tidak mau belanja karena takut COVID-19," kata Ita.
"Dengan COVID-19 ini, kita malah diajarkan tentang digitalisasi. Sekarang sudah marak konferensi video. Bahkan peluang untuk jualan daring (online) sangat besar," tambah Ita.
Digitalisasi mendorong lonjakan transaksi penjualan daring. Begitu juga transaksi sistem pembayaran daring. Pandemi COVID-19 justru memunculkan pengusaha digital baru.
Begitu juga lonjakan omzet penjualan sepeda, ponsel, hingga paket data. Kondisi pandemi COVID-19 mendorong masyarakat tetap kreatif dan tidak panik untuk segera beradaptasi sesuai kondisi.
Aku sendiri selalu belanja daring untuk memenuhi kebutuhan harian. Uang tunai cuma untuk bayar parkir atau warung yang benar-benar belum menerapkan sistem pembayaran nontunai.
Untuk mendorong perekonomian tetap terjaga, Bank Indonesia memacu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tetap beroperasi. Caranya, insentif bagi UMKM terus ditambah.
Salah satu skemanya, bank sentral melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM). Begitu juga telah memangkas suku bunga acuan menjadi 4,25 persen. Dengan skema itu, bank harus memperbesar pembiayaan (kredit) ke UMKM dengan bunga supermurah. "Harapannya, UMKM mampu bangkit lagi sehingga berdampak lebih besar ke perekonomian," kata Ita.