Mereka akan mempresentasikan ide dan karyanya terkait web dan aplikasi digital terkait proteksi asuransi jiwa.
Kegiatan ini kemudian akan diikuti seminar dan pameran oleh perwakilan pemerintah, regulator, pelaku asuransi jiwa, dan ahli teknologi dan digital. Mereka akan berbagi perkembangan teknologi digital dan manajemen risiko pada 22-23 Februari 2018 di Bali.
"DRiM merupakan kegiatan perdana atas inisiasi AAJI yang didukung pelaku industri asuransi jiwa yang memiliki tujuan sama dalam menjawab cepatnya perkembangan teknologi digital dan pengaruhnya pada industri," ujarnya.
"Dengan saling mendukung dan bekerja sama, kami yakin dapat memberikan aksi nyata pada kemajuan industri asuransi jiwa. Kita tahu, Indonesia negara ke-8 terbesar dalam penggunaan internet. Potensi ini seyogianya dimaksimalkan, termasuk mampu mengatasi risiko di dalamnya."
"Ini ada terobosan. Orang yang tidak mengerti asuransi, menawarkan platfom, jadi semacam etalase (produk asuransi) di situ," ujarnya.
Dengan pertimbangan ini, AAJI ingin lebih menyemangati industri asuransi jiwa agar lebih aktif dan mengaplikasikan teknologi digital lebih lengkap pada produk-produknya.
Menurut Christine, teknologi bisa membantu perusahaan asuransi jiwa dalam mengurangi risiko. Misalnya dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence), data riwayat penyakit pemegang polis bisa lebih transparan. Perusahaan asuransi akan lebih gampang meminimalkan risiko.
Dengan acara hackaton, generasi muda bisa menciptakan sebuah sistem aplikasi untuk mendekatkan asuransi jiwa ke konsumen. "Kami akan memfasilitasi mereka," ujarnya.
Sekitar 5 finalis hackaton akan dibawa ke Bali dan mendemonstrasikan aplikasinya di sana. Pada saat yang sama, aplikasi ini bisa berguna bagi anggota AAJI.Â
"Ini bisa jadi ide bagaimana mendorong calon pemegang polis mudah tahu asuransi, lebih mudah membeli produk asuransi, dan lebih mudah mengurus polis asuransi," ujarnya.