Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Komposter, Solusi Atasi Sampah Rumah Tangga

24 Desember 2015   23:51 Diperbarui: 25 Desember 2015   06:15 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komposter adalah alat untuk pengolahan sampah organik rumah tangga melalui pengomposan dengan memanfaatkan tong bekas yang dibenamkan ke dalam tanah.

[caption caption="Ilustrasi komposter"]

[/caption]

Sistem kerja komposter yaitu mengolah sampah dapur (45-53 persen) dari sampah rumah tangga, mengalami proses pembusukan dengan bantuan mikroorganisme dari sampah dan yang berada di dalam tanah, kapasitas mencapai 200 kg sampah dan dapat dioperasikan untuk penampungan sampah 7- 12 bulan per Kepala Keluarga, khususnya 5-6 orang, lama proses pengomposan 4-6 bulan setelah terisi penuh, serta mampu menghasilkan kompos yang baik untuk tanaman dan tidak membahayakan lahan.

Alat yang digunakan pun hanya tong plastik bekas berukuran 50 x 80 cm, pipa PVC D.4”serta kerikil.

Cara ini dinilai paling sederhana diterapkan di masyarakat, mulai dari lingkungan terkecil. Di perkotaan, Kementerian PUPR pun sudah menyediakan bak sampah baik organik dan nonorganik. Nantinya sampah-sampah tersebut akan diolah sesuai alat pemilahan sampahnya.

Kementerian PUPR pun memiliki alat Tungku Sanira (Tungku Pembakaran Sampah Nir Racun). Keunggulannya bisa mengolah sampah kecuali logam dan kaca, luas lahan 5 x 10 meter dengan jarak ke pemukiman tidak kurang dari 10 meter, biaya operasional Rp 15 ribu per meter kubik sampah, hemat energi (karena hanya menghabiskan 6.000 watt), mampu beroperasi 24 jam, kecepatan bakar dua meter kubik per jam dengan kadar air kurang dari 40 persen, dan bahan komponen tungku merupakan produk lokal.[caption caption="Tungku Sanira"]

[/caption]

 

Selain itu, Kementerian PUPR memiliki solusi dan inovasi menekan sampah dari masyarakat dengan TPA Semi Aerobik dan Teknologi Revitalisasi TPA Open Dumping.

“Kami memulai sosialisasi mengatasi sampah dari ibu-ibu dengan mengajak memilah sampah organik dan nonorganik mulai dari rumah tangga. Kami pun menyosialisasikan penanganan sampah dengan 3R (reduce, reuse, dan recycle)."
Nantinya untuk sampah basah masih bisa diolah menjadi kompos. Untuk sampah kering bisa dipilah dengan 3R tadi.

Menurut dia, sampah yang paling susah diurai bila ditimbun ke tanah yaitu plastik. Sampah ini pun bila dibuang ke sungai juga menjadi masalah, khususnya bagi pompa penyedot air yang digunakan saat banjir.

“Plastik ini kalau menempel di saringan pompa banjir akan susah untuk membersihkan. Kita harus hentikan penggunaan pompa untuk membersihkan plastik tersebut sehingga mengurangi efektivitas pemakaian pompa,”katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun