Mohon tunggu...
Didik Purwanto
Didik Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Tech Buzz Socialist

https://www.didikpurwanto.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Keluarga Sasaran Revolusi Mental

7 Agustus 2015   23:12 Diperbarui: 7 Agustus 2015   23:12 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Soekarno pernah menyatakan, beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia.

Pernyataan presiden pertama Indonesia tersebut bisa jadi menjadi inspirasi bagi Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) yang mengajak masyarakat Indonesia untuk merevolusi mental.

Saat ini, mental masyarakat Indonesia dinilai lemah karena berbagai kasus kriminal masih tinggi, seperti Jakarta, Kota Paling tak Aman Sejagad dan Kejahatan akan Marak Akibat Desakan Ekonomi atau 25 Negara dengan Tingkat Kriminalitas Tertinggi.

Dari sisi keuangan, mental korupsi juga belum bisa ditangani. Baca: Tren Korupsi Naik Lagi. Dan masih sederet kejadian negatif lainnya di Tanah Air.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sudibyo Alimoeso mengatakan, remaja yang menjadi bagian keluarga menjadi fokus implementasi revolusi mental.

Ia menilai, kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Caranya meningkatkan kualitas anak melalui pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak.

Di kalangan remaja, keluarga harus menjaga pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga.

Pada 2035, Indonesia diprediksi memiliki jumlah usia kerja menjadi 207 juta jiwa dari 50 juta jiwa pada 2010. Peningkatan jumlah penduduk pun memunculkan risiko kerawanan sosial yang bisa dipicu dari pelemahan ekonomi dan kekurangan kasih sayang dalam berkeluarga.

"Ke depan, isu strategis masih terkait program pembangunan keluarga," katanya.

Nah, bagaimana cara merevolusi mental remaja yang akan menjadi penerus masa depan bangsa? Ia menilai, semuanya harus dimulai dari keluarga yaitu dari sistem mikro yang terdiri atas orangtua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain di rumah.

Selain itu, ada sistem meso yang terdiri atas teman sebaya, tetangga, lingkungan bermasyarakat, posyandu, kelompok bersosialisasi, hingga tempat pendidikan/sekolah.

Di sistem ekso ada lingkungan pelayanan sosial dan umum peduli anak, remaja, lansia, hingga tingkat sosial ekonomi.

Dari sisi makro, pemerintah akan menjamin hukum atau regulasi yang kondusif, norma, agama, jaminan sosial hingga pembiayaan. "Kebijakan yang kami rilis untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal. Tapi memang semuanya harus dilakukan mulai dari keluarga," katanya.

Dengan pembinaan yang maksimal di keluarga, Presiden Jokowi menyebut, Indonesia merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. "Karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera," katanya.

Pakar Hukum Tata Negara Margarito menyebut, revolusi mental dibutuhkan. Birokrasi kita sekarang ini sudah kacau. Anggota dewan kita sudah tidak mencerminkan perilaku mereka sebagai perwakilan rakyat. "Itu memicu kita cemas. Untuk itu, kita harus membuat perubahan," katanya.

Nah, keluarga sebagai salah satu sistem terkecil dalam sebuah negara perlu membina dari sisi pendidikan, kesehatan/gizi, agama, hingga pengasuhan.

Dari masalah keluarga, keluarga terutama remaja perlu diberi pengetahuan tentang nikah dini/perceraian, kemiskinan, narkoba, seks bebas, hingga urusan aborsi.

"Dengan pendidikan formal dan non formal serta bantuan keluarga, kualitas anak dan remaja akan meningkat. Imbasnya, ketahanan dan kesejahteraan keluarga akan tercipta serta bisa mengurangi tindakan kriminalitas," kata Sudibyo.

Pemerintah melalui BKKBN terus memaksimalkan revolusi mental melalui pembangunan keluarga yang terdiri atas balita dan anak, remaja, dan lansia.

Caranya dengan bina keluarga balita (BKB), mendidikan orang tua hebat dalam mengasuh anak, dan menyasar program generasi remaja di kalangan pelajar dan mahasiswa. "Melalui program pembangunan keluarga yang komprehensif sebagai implementasi revolusi mental dapat meningkatkan kualitas keluarga yang berkarakter guna mewujudkan Indonesia sejahtera," katanya.

Sudahkah Anda merevolusi mental secara pribadi?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun