Dari Salman bin Amir Radhiyallohu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau bersabda : "Apabila salah seorang dari kalian berbuka, maka berbukalah dengan kurma. Karena sesungguhnya kurma itu berkah. Bila dia tidak mendapati kurma, maka berbukalah dengan air putih. Karena air putih itu suci dan menyucikan. Dan Beliau juga bersabda : Sedekah untuk orang miskin itu (hanya bernilai) sedekah. Sedekah untuk kerabat itu bernilai dua. Sedekah dan silaturrahim." Hadits hasan riwayat At-Tirmidzi. Dia berkata : Hadits ini hasan.
Subhanallah. Penulis cukup terkejut sekaligus gembira membaca hadits. Terus terang, penulis sepertinya baru baca hadits ini. Sungguh tak terlukiskan nikmatnya membaca hadits yang belum pernah baca sebelumnya.
Yang membuat kami takjub adalah kalimat bahwa di dalam kurma itu ada berkah. Sebelumnya kita sudah sering mendengar bahwa sunnah buka puasa itu pertama kali adalah makan kurma terlebih dahulu. Kami biasa melakukan itu bila ada stok kurma. Terutama saat buka puasa bulan Ramadhan. Tapi, sungguh saat itu kami baru menyadari sebatas kesunnahannya. Belum tahu alasan lebih jauh dari itu. Ternyata di hadits ini ada kabar gembira yang tentunya semakin menguatkan kami maupun kaum muslimin pada umumnya untuk berbuka dengan kurma. Yaitu pernyataan Nabi bahwa kurma itu berkah.
Alhamdulillah. Berkah itu sesuatu yang paling dicari oleh orang-orang yang beriman. Bahkan selevel Rasulullah saja sangat tamak dengan berkah. Terbukti saat Beliau makan, tidak biarkan Beliau lewatkan makanannya meskipun yang menempel di jari Beliau maupun di wadah makanan. Beliau akan jilati jemari Beliau yang mulia dan begitu pula wadahnya. Beliau tidak biarkan makanan jatuh kecuali akan dipungut, dibersihkan kotorannya lalu beliau makan. Apa alasannya? Untuk memburu berkahnya makanan. Beliau yang pada dasarnya sering diberitahu hal yang gaib, pada hal makanan Beliau tidak tahu dimana berkahnya makanan itu. Maka Nabi sangat mendetail mencarinya.
Berkah itu sendiri sesuatu yang sangat kita butuhkan. Sadar atau tidak. Karena berkah itu memiliki sifat akan menambah kebaikan dan terus bertambah. Bertumbuh dan berkembang kebaikan dan terus meluas dan meluaskan. Berkah itu menyehatkan lahir dan batin. Berkah itu membawa pada kenikmatan yang sejati. Dan tentunya, berkah itu mendatangkan ridha Allah.
Kita selama ini sudah tahu bahwa ada berkah pada air zamzam. Tapi jujur, penulis baru tahu bahwa ada berkah pada kurma. Karena sejujurnya, entah sama atau tidak dengan warga Indonesia lain, kami tidak atau belum terbiasa makan kurma. Berbeda dengan orang Arab yang memang sudah terbiasa makan kurma di kesehariannya. Kami justru berbuka seringnya menggunakan gorengan, kolak atau es teh. Untuk berbuka dengan kurma belum begitu semangat.
Tapi, semenjak tahu hadits ini. Insyaallah, tumbuh di hati penulis rasa semangat untuk berbuka puasa menggunakan kurma terlebih dahulu. Bahkan mungkin kami akan sediakan kurma setiap harinya untuk dikonsumsi. Meskipun sedang tidak puasa. Apa alasannya? Berharap memperoleh berkah dari kurma tersebut sebagaimana informasi dari Rasulullah di atas.
Berikutnya adalah air putih. Di hadits itu Rasulullah sabdakan bahwa air itu suci dan menyucikan. Subhanallah. Ini juga informasi yang tidak kalah berharga dari yang pertama. Karena memang tidak semua orang suka minum air putih. Terutama ketika berbuka puasa. Penulis sendiri termasuk yang gemar es teh saat memulai buka puasa. Sebenarnya kurang bagus. Dengan adanya hadits mulia ini maka semoga kami ke depannya lebih bersemangat untuk memulai berbuka puasa dengan mengawali dengan makan kurma dan minum air putih.
Air itu suci. Air putih bersifat suci bahkan bisa menyucikan. Saya berharap kesucian ini tidak hanya sekedar Allah menyucikan lahiriyah kita, tapi juga akan menyucikan batiniyah kita. Sehingga bersihlah jiwa ini dari dosa dan kemaksiatan. Terlebih air putih yang sebelum kita minum, kita baca dulu basmalah dan mengakhiri minum dengan hamdalah. Minum dengan tangan kanan dan sambil duduk. Kami berharap bahwa air putih yang diminum menggunakan kelengkapan adab dari Rasulullah, menjadi penyebab bersihkan kita dari penyakit dan kotoran lahir maupun batin.
Berikutnya, Rasulullah memberitahu umatnya tentang perihal sedekah. Dimana Rasulullah memberitahu perbedaan antara sedekah pada orang miskin yang tidak ada hubungan kerabat dan sedekah kepada kerabat. Wallahu 'alam apakah kerabat yang miskin ataupun kerabat secara umum.
Dari hadits yang berkah ini kita tahu bahwa bersedekah pada orang miskin hanya bernilai satu jenis pahala, yaitu sedekah. Tetapi bila kita bersedekah pada kerabat sendiri, maka kita berpeluang mendapatkan dua jenis pahala sekaligus. Yaitu pahala sedekah dan pahala silaturahim. Yang pertama, bernilai satu amal dan yang kedua bernilai dua amal.
Padahal amal sedekah ini adalah amal yang cukup besar di sisi Allah. Bahkan, dalam surah Al-Munafiqun, orang-orang yang telah wafat berharap Allah hidupkan lagi ke dunia ini, untuk apa? Untuk agar bisa bersedekah. Barangkali orang-orang yang telah wafat diperlihatkan bertapa besarnya pahala-pahala dari amal sedekah.
Jangankan sedekah pada fakir miskin dan juga kerabat. Sedekah air minum pada anjing yang ludahnya najis mugholadhoh saja bernilai luar biasa. Sehingga saat itu, Allah mengampuni dosa-dosa wanita pelacur yang telah memberi minum air anjing yang kehausan. Lihatlah betapa besarnya efek dari sedekah. Tidak hanya pahala, tapi bahkan dapat ampunan juga.
Silaturahim, menjadi pokok penting keselamatan seseorang dari neraka. Karena para pemutus silaturahim tidak bisa masuk surga sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits, "Tidak masuk surga pemutus (silaturahim)". Maka penting bagi kita untuk menjaga keharmonisan dan hubungan dengan kerabat. Salah satu sarana untuk itu adalah dengan memberi sedekah.
Perhatikan siapa-siapa yang ada hubungan rahim dengan kita. Ayah, ibu, kakek, nenek, saudara dan saudari orang tua kita. Keponakan-keponakan, anak-anak dan para cucu. Jangan sampai ada permusuhan dan kebencian dengan mereka. Sambunglah tali silaturahim dengan mereka. Bisa dengan berkunjung, bertamu, tegur sapa penuh kehangatan dan keakraban dan juga sebagaimana hadits di atas, bersedekah.
Jangan sampai kita dilihat oleh kerabat kita bersedekah jutaan pada orang-orang yang jauh, orang miskin yang tidak ada hubungan kerabat atau bahkan sekalipun itu untuk saudara kita di Palestina, sementara keponakan sendiri putus sekolah, pakde bude sakit-sakitan butuh biaya pengobatan dan orang tua kekurangan kita tidak bantu kebutuhan mereka.
Sungguh indah dan bagusnya petunjuk ini. Islam tidak hanya urusan ibadah semisal shalat dan puasa. Tapi juga hubungan sosial dan kekerabatan. Kita memasuki zaman media sosial. Dimana waktu banyak dilewatkan mengamati dan mengikuti media sosial. Kurang perhatian dengan urusan kerabat. Muncul ego-ego pribadi. Hidupku hidupku, hidupmu hidupmu. Bahkan tak sedikit bertengkar dengan sesama saudara. Karena, yang paling berpeluang terjadi pertengkaran bukanlah orang jauh yang tidak mengenal kita. Justru orang-orang yang kenal dekat dengan kita dari kerabat yang berpeluang untuk kita sakiti atau mereka menyakiti kita. Maka penting sekali bagi kita untuk sekuat tenaga dan upaya menjaga kerukunan dan keterjagaan silaturrahim. Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H