Bukankah siswa yang sudah terawat mentalnya oleh karena keteguhannya, seperti yang disebut di atas, akhirnya mengalami ketaknyamanan? Belum lagi, temannya, yang notabene memiliki sikap sangat menyukai jika ada guru yang tak mengajar alias jam kosong (jamkos), sedikit banyak mengganggunya bukan?
Kenyataan ini yang saya sebut sebagai kurang dapat merawat mental siswa. Karena, kondisi yang terjadi, baik terhadap siswa yang mentalnya terawat oleh keteguhannya maupun terhadap siswa yang menyukai jamkos, kurang menyediakan ruang tumbuh kembang mental siswa ke arah yang positif dan produktif.
Itu sebabnya, sudah seharusnya, guru perlu sungguh-sungguh menghargai waktu sesuai dengan jadwal mengajar. Baik saat memasuki ruang kelas pada jam pertama maupun pada saat memasuki ruang belajar dalam momen ganti mata pelajaran (mapel).
Sebab, jika guru tak, atau kurang menghargai waktu sesuai dengan jadwal mengajar, jelas sikap ini kurang mendukung tujuan pendidikan nasional.
Yaitu, seperti yang termuat di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karenanya, jika dikembangkan ke pemikiran yang lebih jauh, guru yang tak atau kurang menghargai waktu sesuai dengan jadwal mengajar, tak turut merawat mental bangsa. Bagaimana turut merawat mental bangsa kalau riilnya dengan tak, atau kurang menghargai waktu sesuai dengan jadwal mengajar, juga berdampak terhadap siswa, yang adalah generasi penerus yang harus merawat bangsa ini.
Prihatinnya, jika kita, guru, mau introspeksi diri sebetulnyalah, ia, Â yaitu guru yang tak atau kurang menghargai waktu sesuai dengan jadwal mengajar, pun tak merawat mentalnya. Juga, dapat merembet ke mental guru yang lain. Sekali pun guru yang lain hanya sekadar membatin, mencela dalam hati.
Ini hal yang sederhana sepertinya. Tetapi, dampak buruknya melebar ke mana-mana. Dan semuanya, melukai banyak pihak sampai bangsa dan negara.
Itu sebabnya, saya yang merasa tak selalu dapat menghargai waktu sesuai dengan jadwal mengajar harus terus mau belajar dan diingatkan oleh siapa pun, termasuk siswa, yang telah terawat mentalnya oleh karena keteguhannya. Anda, Bapak Ibu guru, bagaimana?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI