Dalam kondisi ini, guru yang tertib waktu tak akan membiarkan jam mengajarnya terabaikan. Ia tetap memberikan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Sehingga, siswa pun, karena sudah terbiasa dengan pola mengajar dan mendidik guru termaksud, tak ada siswa yang abai tugas yang harus diselesaikan.
Akan berbeda dengan guru yang pola mengajar dan mendidiknya abai terhadap waktu alias tak menghargai waktu. Misalnya, sudah saatnya bel tanda masuk berbunyi, ia belum beranjak dari ruang guru untuk menuju ruang belajar siswa. Siswa pasti abai juga terhadap waktu jam masuk.
Pada poin inilah mental siswa tak terawat. Sebab, dalam kerangka pikir mereka sudah terbentuk imaji bahwa guru ini atau guru itu pasti tak tepat waktu memasuki ruang kelas. Sehingga, mereka santai saja sekalipun bel tanda masuk sudah berbunyi.
Tetapi, saat jadwal guru yang menghargai waktu, mereka sudah dapat mengontrol diri. Sehingga, mereka memasuki ruang kelas atau ruang belajar sesuai dengan bel tanda masuk berbunyi.
Akhirnya, mereka tak terlambat memasuki proses pembelajaran. Meski saja sangat mungkin sebagian dari mereka ada yang melakukannya secara terpaksa.
Dalam semua ini hendak menunjukkan bahwa benar-benar mental siswa tak dapat terawat dengan baik. Mental mereka berubah-ubah. Tak memiliki ketetapan.
Kadang begini; kadang begitu. Kasihan siswa bukan? Sebab, ada guru yang menghargai waktu, tetapi di lain waktu ada juga guru yang tak, atau kurang menghargai waktu.
Siswa, jika boleh diungkapkan dengan bahasa yang berbeda, dalam konteks ini menjadi korban. Sebab, mereka tak memiliki patokan yang tetap. Bagi siswa yang lebih senang jika guru terlambat mengajar --umumnya sebagian kecil-- sangat menyukainya. Sebab, mereka dapat beraktivitas bebas.
Tetapi, perlu diketahui bahwa keadaan demikian tak mendukung mental siswa terbangun secara positif. Sementara, tujuan guru membersamai siswa, salah satunya, adalah agar siswa memiliki mental yang positif.
Tak hanya mental satu-dua siswa, yang notabene membutuhkan perhatian khusus, yang tak terawat. Tetapi, dapat saja merembet terhadap siswa yang lain, termasuk terhadap siswa yang selama ini oleh karena keteguhannya, mentalnya terawat.
Tanda bahwa mental siswa terawat di antaranya adalah ia aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Karenanya, ia merasa kehilangan jika ada guru yang tak mengajar. Bahkan, sekalipun guru termaksud terlambat masuk ruang kelasnya saat ada jadwal mengajar.