Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru yang Menghargai Waktu Itu Merawat Mental Bangsa

20 Januari 2025   12:19 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:19 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Guru membersamai siswa dalam pembelajaran, diambil dari kibrispdr.org

Akan berbeda dengan guru yang pola mengajar dan mendidiknya abai terhadap waktu alias tak menghargai waktu. Misalnya, sudah saatnya bel tanda masuk berbunyi, ia belum beranjak dari ruang guru untuk menuju ruang belajar siswa. Siswa pasti abai juga terhadap waktu jam masuk.

Pada poin inilah mental siswa tak terawat. Sebab, dalam kerangka pikir mereka sudah terbentuk imaji bahwa guru ini atau guru itu pasti tak tepat waktu memasuki ruang kelas. Sehingga, mereka santai saja sekalipun bel tanda masuk sudah berbunyi.

Tetapi, saat jadwal guru yang menghargai waktu, mereka sudah dapat mengontrol diri. Sehingga, mereka memasuki ruang kelas atau ruang belajar sesuai dengan bel tanda masuk berbunyi.

Akhirnya, mereka tak terlambat memasuki proses pembelajaran. Meski saja sangat mungkin sebagian dari mereka ada yang melakukannya secara terpaksa.

Dalam semua ini hendak menunjukkan bahwa benar-benar mental siswa tak dapat terawat dengan baik. Mental mereka berubah-ubah. Tak memiliki ketetapan.

Kadang begini; kadang begitu. Kasihan siswa bukan? Sebab, ada guru yang menghargai waktu, tetapi di laik waktu ada juga guru yang tak, atau kurang menghargai waktu.

Siswa, jika boleh diungkapkan dengan bahasa yang berbeda, dalam konteks ini menjadi korban. Sebab, mereka tak memiliki patokan yang tetap. Bagi siswa yang lebih senang jika guru terlambat mengajar --umumnya sebagian kecil-- sangat menyukainya. Sebab, mereka dapat beraktivitas bebas.

Tetapi, perlu diketahui bahwa keadaan demikian tak mendukung mental siswa terbangun secara positif. Sementara, tujuan guru membersamai siswa, salah satunya, adalah agar siswa memiliki mental yang positif.

Tak hanya mental satu-dua siswa, yang notabene membutuhkan perhatian khusus, yang tak terawat. Tetapi, dapat saja merembet terhadap siswa yang lain, termasuk terhadap siswa yang selama ini oleh karena keteguhannya, mentalnya terawat.

Tanda bahwa mental siswa terawat di antaranya adalah ia aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Karenanya, ia merasa kehilangan jika ada guru yang tak mengajar. Bahkan, sekalipun guru termaksud terlambat masuk ruang kelasnya saat ada jadwal mengajar.

Bukankah siswa yang sudah terawat mentalnya oleh karena keteguhannya, seperti yang disebut di atas, akhirnya mengalami ketaknyamanan? Belum lagi, temannya, yang notabene memiliki sikap sangat menyukai jika ada guru yang tak mengajar alias jam kosong (jamkos), sedikit banyak mengganggunya bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun