Melalui refleksi ini, guru dapat memaksimalkan implementasi kompetensinya di dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, yang dapat dirasakan oleh siswa tak hanya implementasi kompetensi profesional guru. Tetapi, juga implementasi kompetensi guru yang lain, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, maupun sosial.
Sehingga, siswa yang merindukan untuk diajar lagi oleh guru tertentu tak sebatas dengan mengatakan bahwa dirinya sudah jelas tentang pelajaran yang disampaikan oleh guru termaksud.
Sekalipun, gambaran ini lebih baik ketimbang guru yang sama sekali tak dirindukan oleh siswa untuk mengajar lagi. Karena, semua kompetensi yang harus dimilikinya, baik kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, maupun sosial, tak sedikit pun ada yang dirasakan oleh siswa.
Jika mau jujur, ada guru yang kurang diterima oleh siswa yang diampunya. Sebab, kondisi ini, sudah pasti, karena guru termaksud kurang memenuhi kompetensinya. Satu kompetensi pun belum dimiliki.
Bagaimana mungkin guru dapat memenuhi kebutuhan siswa jika satu kompetensinya pun tak dapat dirasakan oleh siswa yang diampunya? Jelas saja kalau tak ada ruang yang tersedia bagi guru ini di benak siswa.
Saya sendiri merasa perlu terus belajar. Sebab, sedih rasanya jika saya mendengar lagi ada siswa yang hanya mengatakan bahwa ia merasa jelas tentang pelajaran yang saya ajarkan --sebagai wujud keinginannya agar saya mengajar lagi di kelasnya-- karena saya sudah pindah mengajar di kelas lain. Ya, sedih!
Karena, jangan-jangan tak ada siswa lain yang memiliki rasa seperti rasa yang dimilikinya. Juga, jangan-jangan rasa adil, aman, nyaman, terhibur, dihargai, saling berbagi, dan berkolaborasi tak dirasakan oleh siswa saat saya membersamainya di dalam proses pembelajaran.
Jadi, sudah seharusnya tak cukup bagi guru, termasuk saya, merasa senang hanya sebatas karena ada siswa yang menyatakan bahwa ia sudah bisa alias mengetahui dengan jelas (tentang) materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Guru yang mau mengeksplorasi semua kompetensinya, baik kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, maupun sosial, untuk menyediakan ruang tumbuh kembang bagi siswa dalam proses pendidikannya adalah guru yang mungkin boleh merasa senang.
Sebab, siswa yang dibersamai (tentu) tak hanya mendapatkan pengetahuan. Tetapi, juga mendapatkan apresiasi, kenyamanan, perlindungan, keadilan, kebahagiaan, bahkan ruang tumbuh kembang untuk aktualisasi diri, yang memungkinkan karakter dan sikapnya terbangun secara optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H