Itulah gerakan kasih dalam ranah jasmani yang dilakukan oleh gereja. Sekalipun ranah jasmani, tetapi dalam perkunjungan ke rumah-rumah jemaat dan nonjemaat warga sekitar gereja saat menyampaikan bingkisan Natal, ada sentuhan batin. Ada sentuhan rohani.
Misalnya, saat saling berjabat tangan, bertegur sapa, berbincang, saling memandang, dan saling memberi senyum merupakan sentuhan yang terasa hingga batin sebagai asupan rohani. Yang, menyukacitakan dan membahagiakan.
Yang kedua adalah dalam wujud perjamuan Kudus dari rumah ke rumah. Umat Kristen mengimani bahwa perjamuan Kudus sebagai undangan Tuhan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Yaitu, undangan untuk mengikuti perjamuan Kudus. Dalam perjamuan Kudus, umat menerima roti sebagai simbol tubuh Yesus dan anggur sebagai simbol darah Yesus.
Secara liturgis gereja, pelayanan perjamuan Kudus dipimpin oleh pendeta. Roti dimakan dan anggur diminum oleh jemaat sebagai pengingat kematian, pengurbanan, dan kebangkitan Yesus.
Proses ini diarahkan untuk membangun iman umat (baca: jemaat), agar terus teguh. Selalu menautkan hidup dan kehidupannya kepada Tuhan Yesus, yang memberinya hidup.
Terhadap jemaat yang sudah sepuh, yang sakit, dan yang dalam kondisi khusus, gereja --dalam hal ini gereja tempat kami berjemaat-- melalui pendeta bersama dengan penatua dan atau diaken mendatanginya ke rumah, juga ke rumah sakit jika ada jemaat yang sakit yang perlu perawatan di rumah sakit.
Perjamuan Kudus dengan mendatangi jemaat ke  rumah-rumah yang perlu perhatian khusus ini sebagai wujud gereja tak sebatas meneladani para gembala yang datang ke Betlehem melihat bayi Yesus dan memuliakan-Nya.
Â
Tetapi, juga melayani banyak orang dengan pewartaan mengenai Sang Juru Selamat yang sudah datang untuk memberi penghiburan, kekuatan, bahkan  keselamatan bagi manusia yang dikuasai oleh dunia.