Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Teater di Sekolah Itu Mata Pelajaran Kehidupan

30 Oktober 2024   23:18 Diperbarui: 31 Oktober 2024   16:48 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1 : Satu adegan "Badai Sepanjang Malam" oleh Teater Jasmine, SMP 1 Jati,  di Babak Penyisihan FTP 2024, 28/10/2024. (Dokumentasi pribadi)

Tapi, justru tak terlalu sesak penonton, setiap mata, pikiran, dan perasaan yang menonton dapat mengikuti pementasan lebih fokus. Termasuk saya, sangat nyaman menikmatinya.

Naskah Max Arifin, "Badai Sepanjang Malam", dipentaskan oleh Teater Jasmine kurang dari durasi waktu maksimal yang ditentukan, yang berarti kurang dari 45 menit. Hanya diperankan oleh dua tokoh, yaitu Jamil dan Saenah.

Jamil, seorang guru yang memiliki spirit besar untuk mengabdi di sebuah sekolah di desa terpencil, didukung penuh oleh Saenah, istrinya. Tapi, dalam perjalanan waktu pengabdiannya, hampir saja Jamil putus asa oleh karena kenyataan yang dihadapinya tak seperti yang dibayangkan.

Untung saja, Saenah, yang dari semula mendukung sikap Jamil, tetap tegar dan bahkan memiliki kekuatan menyadarkan Jamil untuk tetap meneruskan pengabdiannya di tempat ini.

Ilustrasi 2: Flyer pentas
Ilustrasi 2: Flyer pentas "Badai Sepanjang Malam", Teater Jasmine, SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)

Pentas Teater Jasmine dalam konstruksi cerita happy ending ini mendorong saya untuk mengungkap nilai penting yang tersirat di dalamnya. Sekalipun, saya meyakini bahwa nilai penting tersirat juga di dalam pentas teater pelajar yang lain, kapan dan di mana, juga dalam naskah apa pun.

Sebab, teater pelajar yang berbasis di sekolah tak lepas dari keberadaan siswa, yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah termaksud. Siswa di sekolah, secara normatif, sudah semestinya mendapat pengajaran dari guru sesuai dengan bidang keahliannya.

Baik di jenjang SMP dan yang sederajat, maupun SMA/SMK dan yang sederajat, mendapat pengajaran, misalnya, bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Seni Budaya.

Hampir dapat dipastikan semua bidang yang diajarkan oleh guru mata pelajaran (mapel) berupa pengetahuan sesuai mapel masing-masing. Yang, semuanya ini sudah diatur sesuai dengan tingkat kelas berdasarkan kajian psikologi, fisiologi, sosiologi, dan kajian lain yang terkait dengan tumbuh kembang anak.

Karenanya, tak memenuhi syarat edukasi jika siswa SD diberi pengajaran materi siswa SMP. Pun demikian sebaliknya, jika siswa SMP diberi pengajaran materi siswa SD. Jelas tak masuk dalam ranah pengajaran, apalagi ranah pendidikan. Hal ini jauh dari maksud keduanya.

Mapel seperti yang sudah disebut di atas sebatas membekali siswa dalam keilmuan. Yang, tak langsung mengait ke kehidupan siswa, baik masa kini (saat siswa masih sekolah) maupun masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun