Dalam acara ini sangat mendukung dilakukan kembul bujana dengan model menaruh makanan di atas daun pisang yang digelar.
Awalnya daun pisang hendak kami usahakan. Tapi, si pengelola penginapan menyediakan diri menyiapkan daun pisang.
Padahal, pada musim kemarau seperti saat ini tak mudah mencari daun pisang yang masih utuh, tak sobek. Sehingga, adanya tawaran baik ini membuat kami tak perlu berpikir keras  berburu daun pisang.
Mungkin di tempat tinggal si pengelola penginapan ada banyak daun pisang. Sehingga, ia dengan sangat terbuka dan tulus menyediakan diri menyiapkannya.
Kembul bujana di atas daun pisang seluruh makanan tersaji memang tak pernah kami lakukan. Di rumah, kami terbiasa makan memakai alas makanan piring atau mangkok.
Sehingga, adanya kehendak untuk kembul bujana model ini sangat menarik dan membuat sebagian besar kami penasaran.
Makan malam di tempat kami beracara, dilakukan kembul bujana seperti rencana. Daun pisang yang sudah disediakan oleh si pengelola penginapan, kami tata. Tentu daun pisang ini sudah dibersihkan terlebih dahulu. Sebab, pada musim kemarau ini sangat sulit menghindarkan daun dari debu.
Kami mengambil area di selasar penginapan, yang menghadap ke laut. Cuma lautnya tak kelihatan sebab pandangan terhalang oleh pohon-pohon yang tinggi.
Sekalipun tak banyak daunnya karena rontok oleh musim kemarau, rapatnya pohon tak memberi sela kami dapat memandang laut.
Tapi, tak masalah sebab kami masih dapat menikmati laut dan pasir jika kami mau mendekat ke laut, yang jaraknya tak sampai satu kilometer.
Daun pisang sudah tergelar memanjang sepanjang selasar dan beberapa kami sudah duduk di sisi kanan-kirinya, saling berhadapan. Oleh ibu-ibu dan beberapa anak makanan mulai disandingkan ke daun pisang yang tergelar.