Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa di Ruang Publik yang Tak Dihargai

8 September 2024   00:44 Diperbarui: 8 September 2024   07:10 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang penjual melintas di dekat papan informasi larangan berjualan, tapi banyak penjual. (Dokumentasi pribadi)

Di salah satu arah, biasanya, yang berbelok ke arah kiri, pada sebuah tiang sudah diberi pelat bertulisan "ke arah kiri, mengikuti lampu", yang tak sedikit pengguna jalan mengabaikan. Sebab, sebelum lampu menyala hijau alias masih merah, mereka melaluinya langsung.

Pengendara melintas di jalur dengan mengabaikan petunjuk di salah satu persimpangan traffic light. (Dokumentasi pribadi)
Pengendara melintas di jalur dengan mengabaikan petunjuk di salah satu persimpangan traffic light. (Dokumentasi pribadi)

Memang umumnya agak sepi. Jadi, banyak pengendara yang memiliki hasrat untuk melewatinya. Mereka merasa terjamin keamanannya karena arah yang dilewati dipandang dapat dilaluinya dan relatif longgar.

Fenomena yang seperti ini banyak ditemukan di persimpangan traffic light. Di daerah Anda, saya, dan yang lain, sama-sama mudah ditemukan, bukan?

Saat kita sedang berhenti karena lampu masih menyala merah, misalnya, ada saja pengendara yang melaju ke arah kiri meski di dekatnya ada pesan yang mengandung maksud "boleh berjalan mengikuti lampu".

Juga, dalam konteks teks lain, sudah ada papan permanen dipajang yang berfungsi memberi tahu masyarakat tak boleh memberi uang kepada pengemis dan anak jalanan, bahkan jika memaksa memberi, yang bersangkutan dikenai denda, tetap saja beberapa di antaranya ada yang memberi.

Memang barangkali ada juga daerah yang kondisi ketertibannya sangat terjaga. Sehingga, seperti  di daerah, yang pernah saya melewatinya tak kami jumpai pengemis dan anak jalanan di ruang-ruang publik, termasuk di persimpangan-persimpangan traffic light.

Hal yang serupa terjadi juga dalam bidang persampahan. Masih banyak dijumpai sampah yang lambat laun menumpuk di pinggir jalan  meski di beberapa titik di sepanjang jalan termaksud sudah ada tulisan tentang larangan membuang sampah.

Setali tiga uang, di beberapa sekolah, yang sekalipun sudah ada pembedaan tong sampah dengan tulisan dan warna, baik yang organik maupun anorganik, warga sekolah agaknya masih abai terhadap persampahan. Sehingga, masih dapat ditemukan jenis sampah yang beragam dalam satu tong sampah. Campur antara organik dan anorganik.

Boleh jadi masih ada fenomena yang lain yang menjadi tanda bahwa ada sikap tak menghargai bahasa. Misalnya, di tempat-tempat yang perlu antre, area bebas (asap) rokok, dan penggunaan jalan yang diatur dengan waktu.

Sebab, di tempat yang dimaksud masih ada orang yang tak sabar antre. Masih ada orang yang merokok. Masih ada orang yang menerobos jalan tanpa menghiraukan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun