Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cerita tentang Siswa yang (Pernah) Menjadi Anak Punk

5 Agustus 2024   12:26 Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:34 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Anak punk, diambil dari www.beritamagelang.id

Yang selalu terjadi justru si anak memberontak. Tak betah berada di rumah. Yang nyaman dan aman baginya adalah ketika ia berada di luar rumah.

Tapi, ini yang sering kurang disadari oleh sebagian orangtua. Yaitu, kaburnya si anak dari rumah karena tak menemukan lingkungan nyaman dan aman di rumah. Sebab, sikap buruk orang-orang di sekitarnya dalam keluarga.

Si anak, bahkan orang dewasa pun, selalu merindukan lingkungan yang nyaman dan aman. Tak ada satu pun orang yang memiliki kerinduan terhadap lingkungan yang sebaliknya.

Karenanya, sudah semestinya, orangtua siap sedia sebagai orang pertama yang menciptakan lingkungan nyaman dan aman bagi anak. Bersikap lembut dan peduli terhadap anak sangat dibutuhkan.

Orangtua harus mau membangun dialog yang saling menghargai dengan anak. Tak boleh karena ia merasa menjadi orangtua, yang memenuhi kebutuhan anak, lalu bebas bersikap.

Mengabaikan kepentingan anak. Atau, acuh tak acuh terhadap kebutuhan anak. Kurang arif bersikap demikian. Itu sebabnya, menjauhi sikap demikian sangat menguntungkan.

Upaya sekolah menciptakan lingkungan ramah anak tak ada hasilnya jika tak diimbangi dengan lingkungan di rumah. Artinya, lingkungan rumah juga harus ramah anak.

Maka, sejatinya, jika kedua lingkungan tempat anak bernaung dan beraktivitas dikondisikan nyaman dan aman akan menjadi kesukaan dan kebahagiaan anak. Anak betah di sekolah, pun demikian betah di rumah.

Hal di atas merupakan materi perbincangan saya dengan orangtua salah satu siswa kami, yang rambutnya dipotong model avatar. Sepertinya, ia sepakat dengan pemikiran-pemikiran positif dalam perbincangan ini.

Karenanya, ini kata teman guru, ia mempraktikkan pemikiran-pemikiran ini dalam menyikapi anaknya. Tapi sayang, sang kakek, yang tinggal bersama dalam satu rumah, justru menolak sikap ini. Sebab, begini katanya, "anak seperti itu, kok, dilembuti".

Mendengar perkataan sang kakek seperti ini, si anak langsung kabur. Saat ditelepon oleh orangtuanya, ia bilang, mau pulang jika kontrak rumah. Tentu maksud si anak agar tak tinggal serumah dengan sang kakek. Sedih bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun