Tanpa ada BOS, sekolah, khususnya sekolah negeri, dapat dipastikan akan kesulitan menyelenggarakan ekstrakurikuler, yang menjadi wadah pengembangan hobi siswa.
Sebab, kecuali BOS, sekolah negeri tak memiliki sumber dana. Sekolah negeri diselenggarakan oleh pemerintah untuk masyarakat dalam kebijakan sekolah gratis. Sehingga, sekolah negeri tak dapat menarik uang dari masyarakat.
Meskipun masyarakat menyekolahkan anaknya di sekolah negeri termaksud. Ini tak perlu diperdebatkan karena memang sudah sesuai dengan komitmen pemerintah. Dan, komitmen ini sudah diundangkan secara publik, dalam bentuk Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
Yang, dalam pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun.
Ini artinya, siswa SD, SMP, dan SMA/SMK tak berbayar alias gratis. Baik dalam aktivitas intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Tentu saja ini berlaku untuk sekolah negeri. Tak berlaku untuk sekolah swasta.
Dalam hal ekstrakurikuler, berdasarkan pengalaman setiap tahunnya, sekolah tempat saya mengajar, melalui organisasi siswa intra sekolah (OSIS), saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) mengadakan bursa ekstrakurikuler yang diperuntukkan bagi siswa baru. Hampir setiap jenis ekstrakurikuler dikerubuti oleh siswa baru yang mendaftar sebagai peserta.
Ini menunjukkan bahwa siswa membutuhkan wadah untuk pengembangan kegemarannya. Siswa kami boleh memilih maksimal dua ekstrakurikuler (pilihan). Tapi, perkembangannya, jumlah peserta berkurang. Ini terjadi di hampir setiap jenis  ekstrakurikuler.
Alasannya, boleh jadi, karena siswa yang mendaftar sebagai peserta di jenis ekstrakurikuler belum tentu menyukainya. Karena, ia memiliki hobi yang berbeda, yang kebetulan sekolah tak membuka jenis ekstrakurikuler termaksud.
Barangkali daripada tak ada yang diikutinya, ia mengekor teman mendaftar ke jenis ekstrakurikuler yang ada. Dalam fase anak-anak yang terjadi sering demikian, temannya ikut itu, ia ikut itu; temannya ikut ini, ia ikut ini.
Siswa yang keluar dari  ekstrakurikuler yang dipilihnya saat bursa ekstrakurikuler dalam kegiatan MPLS, dalam masa perkembangannya, umumnya, ia bergabung di ekstrakurikuler yang lain. Fenomena seperti ini banyak terjadi.
Sebab, sangat mungkin siswa belum menemukan kegemarannya. Hobinya belum menetap, masih selalu berubah. Siswa masih mencari-cari passion-nya.