Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kemah LDK Dewan Galang, Anak Belajar Nilai Kehidupan

11 Juli 2024   15:20 Diperbarui: 11 Juli 2024   23:42 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Persiapan berangkat menaiki truk bak terbuka. (Dokumentasi pribadi)

Tapi, saya menjumpai mereka menjadi lebih berpikir kreatif dan cekatan. Salah satunya adalah saat memasang pasak agar tenda dapat berdiri, mereka menggunakan batu untuk memalu pasak agar tertancap ke dalam tanah.

Ilustrasi 3: Menancapkan pasak untuk pendirian tenda dengan memanfaatkan batu yang mudah ditemukan di lokasi perkemahan. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 3: Menancapkan pasak untuk pendirian tenda dengan memanfaatkan batu yang mudah ditemukan di lokasi perkemahan. (Dokumentasi pribadi)

Tak ada palu, batu hitam pun dapat dimanfaatkannya. Ini sepertinya sederhana. Tapi, sebagai sebuah pembelajaran, di dalam diri anak terkandung semangat menemukan solusi atas persoalan yang mereka hadapi. Tak perlu merepotkan anak lain, bahkan guru pembina, untuk mengatasinya.

Mereka dapat mengatasi persoalan sesuai dengan konteks alam mereka berada. Dan, memang, tak semua anak dapat mengerti hal ini. Sebab, saya juga melihat ada anak kurang tepat memilih solusi.

Misalnya, di kelompok lain yang juga sedang mendirikan tenda, saat menancapkan pasak menggunakan batu kapur, yang ketika dipukul-pukulkan batu kapur tersebut pecah. Tapi, dari tragedi ini, anak akhirnya mengetahui cara terbaik setelah melihat anak di kelompok lain sudah menyelesaikan problem menancapkan pasak.

Proses-proses sederhana, yang sering tak dijumpai di sekolah, yang justru memperkaya ilmu mereka untuk menghadapi kehidupan nyata. Sebab, hal-hal praktis seperti ini yang akan mereka hadapi dalam kehidupan.

Anak tak pantang menyerah. Mereka selalu mencari cara untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Termasuk juga, misalnya, saya menjumpai anak yang membawa barang agar lebih mudah dan ringan.

Dua anak membawa barang dengan cara bergotong royong dengan memanfaatkan tongkat. Caranya, beberapa barang diangkat dengan digantungkan di tongkat, yang kedua ujung tongkat menjadi titik angkat oleh kedua anak termaksud. Dengan begitu, beberapa barang dapat terangkat sekali dan lebih ringan. Sederhana bukan?

Sayang, hal-hal sederhana yang sangat merangsang pikiran dan perasaan untuk lebih membentuk sikap dan kepribadian positif anak seperti ini tak selalu dapat dilakukan pada setiap momen.

Dalam momen Kemah LDK Degal, ternyata ada banyak nilai kehidupan yang dapat dialami anak. Artinya, tak hanya seperti yang sudah disebutkan di atas. Sebab, aktivitas dalam Kemah LDK banyak melibatkan peran anak. Bahkan, jika boleh disebut, anak sebagai aktor utama di dalamnya.

Setelah pendirian tenda, misalnya, mereka harus mengoordinasikan dalam regu atau kelompok untuk terlibat dalam berbagai aktivitas. Berbagi tempat pada waktu tidur, membuat jadwal saat mandi, menjaga kerapian dan kebersihan tenda baik luar maupun dalam, piket keamanan, serta bertanggung jawab mengerjakan tugas yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun