Anak jalanan yang beraksi di persimpangan jalan, umumnya tetap. Yaitu, kelompok anak yang sama dari hari ke hari. Kelompok remaja tak dibersamai oleh orangtuanya. Tak ada yang mengawasi. Ada yang sama laki-lakinya. Tapi, ada juga yang campuran, yaitu laki-laki dan wanita.
Kelompok kanak-kanak biasanya dibersamai oleh orangtua, entah orangtuanya sendiri entah tidak. Hanya, orangtua yang membersamai biasanya berada di kejauhan. Tak berada dekat dengan mereka.
Tapi, kadang-kadang tampak (juga) dekat dengan mereka. Bahkan, menyuruh mereka untuk beraksi saat lampu merah menyala. Dan, kanak-kanak tersebut menurut saja.
Begitulah pemandangan sosial yang dapat dilihat di persimpangan-persimpangan traffic light, seperti yang dapat dijumpai di persimpangan-persimpangan traffic light di daerah tempat saya tinggal. Di daerah Anda, bagaimana?
Anak-anak jalanan ini, selain beraksi pada sore, juga beraksi dalam waktu yang bersamaan dengan anak-anak seusianya masih belajar. Saat anak-anak lain bersenang-senang belajar di sekolah, mereka sudah bergelut dengan debu, asap kendaraan, panas atau hujan di keramaian jalanan.
Bahkan, tak jarang juga hingga malam mereka masih "bekerja". Saat anak-anak yang lain seusianya sudah istirahat dalam kehangatan keluarga, mereka masih di luar dalam dingin malam.
Hidup mereka seakan berada di luar rumah. Siang hingga malam. Mereka tak memiliki waktu untuk belajar seperti anak-anak (rumahan) pada umumnya.
Meskipun barangkali mereka ada yang mengikuti pendidikan kejar paket, misalnya, atau pendidikan ala komunitas yang difasilitasi oleh komunitas-komunitas sosial di masyarakat, tetap saja mereka tak memperoleh hak belajarnya secara baik.
Anak-anak yang seharusnya memiliki waktu khusus untuk mengenyam pendidikan dalam kelangsungan hidupnya, justru dalam kondisi yang sebaliknya. Mereka harus "bekerja" di jalanan, entah dibersamai oleh orangtua, entah sendirian.
Dalam semua ini menggambarkan bahwa pendidikan ternyata masih perlu diperjuangkan. Pendidikan belum berhasil menyediakan ruang bagi anak-anak jalanan betah belajar.
Kekuatan pendidikan untuk merengkuh anak-anak jalanan belum sekuat kekuatan keinginan (atau, baca: kebutuhan) mereka untuk "bekerja". Tampaknya, mereka lebih dapat menikmati "bekerja" di jalanan daripada belajar dalam mempersiapkan diri untuk hidup lebih layak.