Karenanya, teman saya ini menyarankan kepada siswa untuk mencermati lagi asesmen yang sudah dikerjakan ketika mengetahui ada siswa yang tidur, sementara waktu masih ada. Siswa tak boleh, begitu selesai mengerjakan, langsung berpikir bahwa pekerjaannya sudah benar.
Saran demikian tentu saja baik, bahkan sangat baik. Bagi siswa yang semangat belajarnya tinggi berdampak baik. Tapi, bagi siswa yang kurang semangat belajar, saran ini kurang berdampak. Apalagi bagi siswa yang kemampuannya termasuk kategori rendah, pasti saran ini bagai masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.
Sekalipun begitu, bagi kelompok siswa yang disebut kedua dan ketiga tetap merespon. Hanya, meresponnya sesaat saja. Bahkan, Â bukan mustahil hanya melirik ke lembar soal.
Setelah itu, kembali ke keadaan semula. Diam saja, atau melakukan sesuatu yang tak ada hubungannya dengan asesmen.
Tapi, guru memang harus peka dalam konteks pelaksanaan asesmen. Sebab, bukan tak mungkin sebagian siswa menyisakan banyak waktu (justru) untuk "berburu" jawaban dari teman. Pada umumnya siswa memiliki simbol-simbol tertentu dalam "berburu" jawaban dari teman agar tak ketahuan oleh guru.
Guru yang peka terhadap kebiasaan siswa sudah barang tentu mengetahui simbol-simbol yang demikian. Karenanya, untuk membatasi ikhtiar yang kurang mendidik ini, memintanya untuk tidur sebagai salah satu alternatif yang dapat dilakukan.
Siswa yang sudah menyelesaikan soal asesmen, Â rerata tidur. Jika siswa merasa belum selesai mengerjakan soal, pasti mereka tak bakal tidur.
Alternatif lain untuk membatasi ikhtiar siswa yang dapat berdampak buruk ini adalah mengadakan  (seolah) kesepakatan pada awal kegiatan asesmen. Saya melakukannya nyaris pada setiap ada aktivitas asesmen.
Hanya sebatas seperti ini, saya mengatakannya, Â satu atau satu setengah jam ke depan, anak-anak harus fokus mengerjakan soal. Tak boleh mencontoh atau memberi tahu jawaban kepada teman. Juga tak boleh menyontek.
Ini semata-mata untuk menjaga keadilan dan kenyamanan dalam pelaksanaan asesmen. Yang sudah giat belajar, biar tak merasa terganggu saat mengerjakan soal.
Sementara yang belum atau belajarnya kurang giat, biar ke depan belajar lebih giat. Karenanya, anak-anak, jika saya mengetahui ada perilaku-perilaku yang kurang baik selama asesmen berlangsung, saya akan mengambil lembar jawab. Sepakat, anak-anak?