Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pasar Sayur Keliling di Sekolah, Fenomena Kekinian

30 Mei 2024   19:42 Diperbarui: 31 Mei 2024   14:10 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjualan sayur (KOMPAS/REGINA RUKOMORINI)

Karena kebiasaan itulah, hingga saat sekarang, urap sayur menjadi idaman. Setiap ada acara dan ada makannya, di mana pun, urap sayur selalu saya cari. Sekalipun ada banyak pilihan sayur, urap sayur selalu menjadi favorit. Dan, ternyata, ini menjadi favorit banyak orang. Mungkin Anda juga.

Nah, genjer, sepengetahuan saya sejak dulu, merupakan tanaman yang ada di sawah. Tumbuh bersama padi. Maka, genjer termasuk tanaman pengganggu. Sehingga, genjer diambili agar tumbuh padi berlangsung baik.

Entah bagaimana asal mulanya genjer kemudian dapat dibuat urap sayur, yang enak dinikmati. Saya belum mengetahuinya. Yang pasti tanaman ini hampir mirip eceng gondok, yang dulu ketika saya masih kecil, saya mengetahuinya juga hidup bersama genjer di sawah sebagai gulma.

Maka, genjer diambil untuk dikonsumsi. Sementara itu, eceng gondok dicabuti untuk dibuang. Dan, genjer, hingga kini, tetap di hati saya. Saat penjual sayuran pada setiap Senin datang ke sekolah, jika di rumah tak ada sayur, saya orang pertama yang memburu genjer ketika informasi "ada mobil sayuran" di-share di grup WhatsApp.

Anehnya, pada awal-awal saya membeli genjer, kelompok ibu guru, yaitu teman-teman saya, yang juga membeli sayur, seperti sudah saya sebutkan di atas tak mengetahui genjer. Mereka bertanya-tanya kepada saya tentang genjer ini. Bahkan, menanyakan juga dibuat masakan apa.

Tapi, lambat laun, ada di antara mereka yang tertarik. Ia membeli genjer. Dan, waktu yang lain lagi, ia juga membeli. Bahkan, pernah suatu saat saya tak kebagian genjer gegara genjer yang tinggal beberapa ikat dibungkus plastik sudah lebih dulu dibelinya. Walah, walah!

Tak hanya kegemaran saya membeli genjer yang dapat memengaruhi kemudian ada teman menyukai genjer. Tapi, ternyata, seperti sudah saya sebutkan sedikit di atas, kegemaran saya membantu istri membeli "isi dapur" yang berupa sayuran dan kadang-kadang bersama tempe, juga diikuti oleh beberapa teman saya laki-laki, yaitu bapak-bapak guru.

Ilustrasi: Salah satu teman guru, seorang bapak, ikut berbelanja. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi: Salah satu teman guru, seorang bapak, ikut berbelanja. (Dokumentasi pribadi)

Bahkan, pada suatu kali saat mobil sayur tiba di halaman sekolah dan ia membeli, yang saya dengar dan juga mengetahuinya, ia membangun komunikasi dengan istri mengenai "isi dapur" yang hendak dibelinya.

Dan, kenyataan itu sangat mudah saya buktikan. Sebab, ketika ia menaruh belanjaan sembari menghitung-hitung dan menandai, komunikasi dengan istrinya masih berlangsung. Sepertinya mereka sedang saling mengonfirmasi "isi dapur" apa saja yang harus dibeli.

Dalam semua itu, dapat dibuktikan bahwa berjualan kebutuhan hidup, yang sekalipun lebih erat dengan produksi lokal, dapat sampai ke daerah lain, bahkan daerah perkotaan, yang dikelola dan dikemas secara kekinian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun