Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jagung Bakar, Spirit Keakraban yang Menghangatkan

26 Mei 2024   16:39 Diperbarui: 28 Mei 2024   01:33 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jagung Bakar (UNSPLASH/RAVI SHARMA)

Ternyata tikar disediakan oleh penjual jagung bakar. Masih ada banyak tikar yang tergulung disandarkan di motor di dekat dinding bangunan. Jika pembeli datang, umumnya, mereka mengambil tikar yang digulung untuk digelar sendiri sesuai selera.

Setiap tikar ada yang berisi dua orang, tiga orang, dan empat orang. Jika dalam satu himpunan ada banyak orang, misalnya, mereka menggelar dua tikar. Himpunan orang yang sudah duduk ini sudah memesan.

Bahkan, sudah ada yang menikmatinya. Mereka menikmatinya dengan cara menggigit. Baik bagi lelaki maupun wanita. Menikmati jagung bakar memang dengan cara menggigiti sedikit demi sedikit, kecuali yang jagungnya diserut. Ini sensasi yang khas saat menikmati jagung bakar.

Ilustrasi 2: Jagung bakar siap santap. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Jagung bakar siap santap. (Dokumentasi pribadi)

Kami juga menggelar tikar. Selama masih menunggu pesanan diantar, kami membangun bincang-bincang seperti beberapa himpunan orang yang berada di tikar lain. Saya sempat bincang-bincang dengan penjual, yang menangani bagian mengupas jagung dan membuat minuman untuk pembeli.

Dikatakannya bahwa saat malam Minggu, malam Senin, dan malam-malam hari libur, dapat menghabiskan jagung rerata 300 buah. Satu buah jagung bakar seharga lima ribu rupiah.

Durasi waktu berjualan dari petang hingga pukul 23.00 WIB. Sedangkan, pada hari-hari biasa menghabiskan sekitar 150 buah jagung.

Disebutkan pula, ayahnya, kebetulan yang saya ajak bincang-bincang anaknya, sudah menjalani berjualan jagung bakar lebih dari sepuluh tahun. Ia ikut membantu ayahnya sejak lulus sekolah menengah.

Pada era saya masih kecil, jagung bakar hanya satu rasa, yaitu rasa alami (original). Karena, tanpa ada tambahan apa pun. Hal ini berbeda dengan jagung bakar pada era sekarang. Karena untuk menjaring pembeli dimunculkan beragam cara.

Salah satunya, tersedia pilihan rasa. Ada rasa asin, manis, coklat, manis-asin, pedas-asin, pedas-manis, dan yang lain. Pilihan rasa ini yang dapat menyedot pembeli. Rerata pembelinya kalangan muda.

Saat kami berada di antara pembeli, saya dan istri yang terlihat paling tua. Banyak anak sekolah dan kuliah seusia anak kami yang terlihat di lesehan jagung bakar termaksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun