Sudut pandang yang seperti ini sudah seharusnya tak digunakan lagi. Sebab, seperti sudah disebutkan di atas, proses berkarya lebih menguras energi dan waktu siswa. Â
Bahkan, jika boleh disebutkan dalam berproses (sebenarnya) Â tercatat secara utuh jejak kompetensi siswa. Dan, ini hanya didapatkan di sekolah masing-masing. Tak ditemukan di ajang FLS2N atau lomba-lomba yang lain.
Di ajang ini hanya ditemukan penghargaan bagi siswa tertentu, yang sangat terbatas jumlahnya. Padahal, semua siswa yang ambil bagian dalam lomba sudah pasti melalui persiapan yang membutuhkan energi yang tak sedikit.
Seusai lomba selalu menyisakan dua suasana hati. Siswa, guru, atau  sekolah yang meraih kemenangan selalu memiliki suasana hati yang riang gembira. Sementara itu, siswa, guru, atau sekolah yang belum meraih kemenangan bersuasana hati yang sedih.
Maka, keadaan ini sudah harus ditinggalkan. Baik yang meraih kemenangan maupun yang belum meraih kemenangan berhak mendapatkan penghargaan. Yaitu, Â penghargaan dari sekolah bagi guru yang membimbing. Juga penghargaan dari guru dan sekolah bagi siswa yang sudah berproses dalam karya.
Sebab, sejatinya, kemenangan dalam lomba adalah bonus bagi siswa yang sudah melakukan proses berkarya. Kalau kemudian ada siswa yang lomba belum mendapat bonus bukan berarti siswa yang bersangkutan tak memiliki kompetensi di bidangnya.
Sekolah sudah memilihnya sebagai duta dalam lomba berarti siswa termaksud adalah siswa yang terbaik di sekolah. Maka, sekolah, guru, dan siswa tetap harus merayakan "perjuangan" yang dimulai sejak siswa melakukan proses berkarya.
Cara ini dipastikan mampu menjaga semangat siswa tetap membara. Meskipun, dirinya belum mendapat bonus yang dapat diserahkan kepada sekolah.
Ingat, kemenangan yang sejati (sebenarnya) diperoleh ketika semangat siswa tetap terjaga. Karena,  perjalanan siswa ke depan masih sangat panjang. Yang, masih memungkinkan ada peluang baginya  untuk meraih bonus karena setia dalam proses berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H