Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjelang Lebaran (Boleh Jadi) Kriminal Menjamur, Lho!

28 Maret 2024   10:54 Diperbarui: 4 April 2024   09:41 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari jawapos.com

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh cerita teman istri saya. Begini ceritanya. Sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit, ia bekerja dengan pola sif. Kebetulan, barusan ia sif malam. Pukul 21.00 WIB masuk bekerja, yang tentu berangkat dari rumah lebih awal.

Sebenarnya tak jauh jarak dari rumah ke tempatnya bekerja. Kurang dari sepuluh menit waktu yang dibutuhkan dengan mengendarai motor sampai tempatnya bekerja. Hanya, jalan yang dilewati tak selalu ramai pada waktu malam. Apalagi pada bulan-bulan puasa, seperti ini.

Nah, pada waktu itu, ketika teman istri saya berangkat bekerja dengan mengendarai si putih, Scoopy, tetiba dipepet pengendara motor lain dengan gelagat tertentu. Yang, olehnya, pengendara motor lain, yang terdiri atas dua lelaki berboncengan, itu diduga penjahat.

Untuk menghindarinya, ia memperlambat laju motor, yang diikuti rasa deg-degan. Tak lama, ada beberapa pengendara motor searahnya. Ia akhirnya mengikuti begitu saja. Dan, amanlah sampai tempatnya bekerja.

Tapi, rasa deg-degan yang muncul pada saat itu, sepertinya masih membekas di perasaannya. Sehingga, ia bercerita kepada istri saya. Entah kepada teman sekerja yang lain, bercerita atau tidak, saya tak mengetahuinya karena saya tak menanyakannya kepada istri saya.

Dari cerita ini, energi di otak saya lalu meloncat mengaitkannya dengan momen Lebaran. Memang saat ini belum Lebaran. Tapi, boleh disebut masa-masa menjelang Lebaran. Dan, masa-masa orang bekerja keras, dapat saja mereka sampai mengambil lembur, untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.

Bagi yang tak memiliki pekerjaan, sementara ada kebutuhan yang harus dipenuhi, baik untuk pribadi maupun keluarga, bukan mustahil (akhirnya) mengambil cara pintas. Salah satunya, merampas motor, dengan melukai atau tak si pengendara.

Semoga loncatan energi otak saya ini salah. Tak ada relasi antara menjelang Lebaran dengan banyaknya tindak kejahatan. Tapi ternyata, salah.

Karena, Kompas.id (12/4/2023) mencatat pernyataan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur (Jatim) bahwa jelang Lebaran ada peningkatan kejahatan, dari pencurian, perampokan, peredaran narkotika, hingga perjudian.

Jauh sebelum itu, Kompas.com (21/7/2017) juga mencatat bahwa Data Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri menunjukkan dari tahun ke tahun angka kejahatan menjelang Lebaran selalu meningkat.

Pada Lebaran 2013, misalnya, ada 448 kasus kejahatan konvensional. Pada Lebaran 2014, meningkat menjadi 2.539 kasus. Dan, pada Lebaran 2015, meningkat lagi, menjadi 4.925 kasus.

Kejahatan konvensional meliputi pencurian dengan kekerasan, pencurian sepeda motor, penganiayaan, pemerkosaan, dan lain-lain.

Ilustrasi diambil dari jawapos.com
Ilustrasi diambil dari jawapos.com

Maka, boleh jadi benar perihal yang dialami oleh teman istri saya. Ada kejahatan konvensional yang mulai merebak di masyarakat, tempat kita membangun kehidupan bersama, pada masa-masa menjelang Lebaran tahun ini.

Karenanya, mengantisipasi terjadi hal yang  kurang baik menimpa kita --dalam konteks bahasan di atas-- sebagai langkah yang tepat.

Pertama, saat mengendarai motor sebaiknya tak sendirian. Tapi, berboncengan. Karena, saat berboncengan, ketenangan benak tentu lebih terjaga ketimbang (orang) mengendarai motor sendirian.

Bahkan, saat menghadapi persoalan pun --karena sangat mungkin  ada persoalan dalam perjalanan --, kondisi benak yang tenang sudah pasti melahirkan sikap yang lebih tangguh. Dan, ketangguhan siap mengantisipasi (segala) persoalan.

Lebih-lebih jika pengendara motor seorang wanita, sendirian, motornya keluaran baru (lagi), sudah tentu ini mengundang kejahatan. Karena, pelaku kejahatan akan memilih target yang berisiko kecil.

Dan, secara umum, bagi pelaku kejahatan, risikonya lebih kecil atau ringan menyasar wanita  daripada lelaki. Karena, sangat kecil kemungkinannya wanita melawan. Sementara, lelaki cenderung melawan.

Tambahan, pengendara motor berboncengan cenderung melakukan percakapan. Sehingga, membuat performa mereka  terlihat segar, sigap, dan atraktif, jauh dari performa bengong. Kondisi ini memiliki efek terhadap sekitar, yang membuat enggan  pengendara lain berbuat sesuatu.

Kedua, akan lebih aman jika mengendarai motor dalam kelompok pengendara yang lain alias berbareng. Karena, pelaku kejahatan cenderung menghindari berbuat jahat dalam kondisi pengendara motor beriringan atau bersama-sama.

Sekalipun mengendarai berbareng itu sangat mungkin di antaranya (justru) ada pelaku kejahatan. Tapi, sangat kecil kemungkinan mereka melancarkan aksi jahatnya. Mereka tetap menghindari risiko yang besar. Tak mungkin mereka beraksi, tapi konyol.

Dalam mengendarai motor berbareng, seperti sudah disebutkan di atas, disarankan baik bagi pengendara lelaki maupun wanita. Sebab, target pelaku kejahatan dapat siapa pun. Tak peduli lelaki atau wanita. Ada peluang, eksekusi (jahat)  dilakukan.

Hanya, dalam kondisi mengendarai motor berbareng, peluang bagi pelaku untuk bertindak jahat sangat terbatas. Sebab, pengendara satu dengan yang lain saling "menjaga" meskipun di antara mereka tak ada kesepakatan.

Bahkan, sangat mungkin tak saling mengenal. Tapi, secara sosial, karena merasa sesama pengendara, mereka saling memedulikan.

Ketiga, menghindari jalan yang sepi. Karena, jalan yang sepi sering menjadi lokasi tindak kejahatan oleh pelaku terhadap siapa pun yang melewati. Pelaku kejahatan merasa aman karena tak ada orang (saksi) yang mengetahui tindakannya terhadap korban.

Beberapa kali tersiar informasi mengenai aksi begal, yang lebih banyak terjadi di jalan-jalan yang sepi pengguna. Ada yang sepi karena memang orang jarang melewatinya, termasuk pada siang hari. Tapi, ada yang sepi karena memang sudah sangat malam.

Baik di jalan sepi karena orang jarang melewati maupun di jalan sepi karena waktu banyak orang sudah beristirahat malam, tak disarankan untuk dilewati. Memilih saja jalan (tertentu) yang meskipun jaraknya agak jauh, tapi masih relatif ramai, sehingga aman yang dijumpa.

Sekalipun mungkin jalan termaksud sudah ada lampu penerangnya, tetap saja kurang aman dilewati jika dalam kondisi sepi. Kini, memang, sudah banyak jalan yang diberi lampu penerang. Tapi, belum tentu jalan yang sudah berlampu penerang ramai dilewati orang.

Keempat, memanfaatkan motor lama --pastikan motor tak mogok-- yang ada di rumah akan lebih aman ketimbang memanfaatkan motor baru dalam bepergian dalam jarak terjangkau. Sebab, pelaku kejahatan akan lebih mengincar motor yang lebih baru.

Sepengetahuan saya, banyak orang, yang tergolong orang kaya, malah mengendarai motor keluaran lama ketika bepergian dalam batas wilayah sekitar.

Saya meyakini, ini salah satu cara untuk melindungi dirinya dari target pelaku kejahatan. Karena pelaku tindak kejahatan tak memedulikan performa orang yang demikian.

Untuk menguatkan hal di atas,  ketika muda (dulu), saya pernah mendengar kesaksian seorang teman mengenai orang kaya yang mengambil uang di bank. Orang kaya ini mengenakan baju lusuh dengan mengenakan celana rumahan yang juga lusuh mengambil uang di bank. Hal ini tentu saja untuk menyamarkan diri agar aman.

Orang yang sudah mengenal, tetangganya, misalnya, tentu akan memperbincangkannya. Dan, sudah pasti ada yang melihat secara negatif. Tapi, sangat mungkin ada juga yang memandang secara positif.

Sikap tetangga yang demikian --demi menjaga diri dari incaran tindak kejahatan-- tentu tak mengganggu perasaannya sebab yang penting tetap dalam kondisi aman.

Dalam konteks menjelang Lebaran, yang berdasarkan pengalaman banyak pelaku kejahatan yang berburu mangsa, tak ada salahnya memilih performa yang sederhana, atau biasa-biasa saja, ketika berada di ruang publik.

Epilog

Sekalipun sumber tulisan ini berawal dari perihal  mengendarai motor, tapi (sebetulnya) mengajak pembaca untuk mengaitkannya dengan semua kebendaan yang dapat memancing tindak kejahatan di ruang publik.

Misalnya, helm yang mungkin menurut sebagian orang sederhana, jaket, topi, kalung, gelang, gawai, sandal dan sepatu. Bahkan, kedua benda yang disebut terakhir sering dicopot saat sedang ibadah di dalam masjid,  dan benda lain sejenisnya.

Sepertinya, kita perlu lebih hati-hati dalam menggunakannya di ruang publik. Agar, tak mengundang tindak kejahatan pada masa-masa menjelang Lebaran tahun ini. Mari, menciptakan keamanan, menjaga benak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun