Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KUA Inklusi, Laboratorium Toleransi Beragama bagi Anak

20 Maret 2024   13:25 Diperbarui: 20 Maret 2024   13:35 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari jurnalpost.com

Tapi, tentu hal demikian diawali terlebih dulu sikap positif generasi dewasa. Sebab, generasi dewasa akan menjadi tempat anak bertanya.

Intinya, gagasan Menteri Agama mengenai KUA inklusi perlu mendapatkan respon positif terlebih dulu dari generasi dewasa. Perubahan peruntukan KUA yang semula hanya untuk kepentingan umat Islam, lalu untuk semua umat dalam urusan keberagamaan, tentu memantik pikiran yang berbeda satu terhadap yang lain.

Di poin ini sudah semestinya generasi dewasa memikirkan generasi anak (baca: generasi mendatang), tak melulu memikirkan kepentingan dirinya (baca: generasinya)  saat ini. Yaitu, memikirkan tumbuh kembang anak ke depan yang (akan) hidup di alam yang semakin global, yang adanya keberagaman sebagai sebuah keniscayaan.

Menjaga iman dan keyakinan anak tetap dapat tumbuh di antara perbedaan yang ada membutuhkan peran generasi dewasa. Generasi dewasa yang membekali anak agar mereka dapat survive di tengah kehidupan yang semakin mengglobal dan beragam.

Maka, kalau sejak gagasan KUA inklusi tersebut dicetuskan hingga kini masih menjadi diskusi publik, hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya membangun toleransi dalam kehidupan bermasyarakat yang mengglobal dan beragam.

Yang, memang, bangunan toleransi yang kini sudah ada masih perlu (untuk) dikuatkan lagi. Membiarkan bangunan toleransi yang sudah ada tanpa membuat lebih kuat lagi tentu saja kurang arif. Sebab, faktanya, seperti sudah disebutkan di atas, kehidupan masyarakat semakin mengglobal dan beragam.

Keberagaman agama adalah salah satunya. Jadi, adanya gagasan KUA inklusi oleh Menteri Agama  bukan mustahil karena memandang bahwa keberagaman agama yang termasuk kekayaan bangsa, bahkan kekayaan dunia, itu adalah kekayaan yang perlu dirawat, dijaga, dan dihargai bersama.

Perihal ini perlu dikenalkan kepada anak sejak dini. Agar tumbuh kembang mereka terwadahi dalam ruang relasi yang luas dan terbuka, untuk memasuki alam kehidupan mereka ke depan.

Karenanya, ketika kelak KUA inklusi terwujud, generasi dewasa menjadi narasumber tentang kebersamaan hidup dalam masyarakat yang beragam bagi anak. Sehingga, anak akan menerima dengan sukacita dan terbuka ketika nanti dilihatnya di KAU ada penampakan aktivitas keberagamaan yang berbeda.

Misalnya, disebutkan sekali lagi, kini ada aktivitas pernikahan umat Kristen, besok ada aktivitas pernikahan umat Konghucu, terus besoknya lagi ada acara pernikahan umat Islam, anak mendapat pengalaman belajar yang bermakna dalam hidup bersama di masyarakat yang berbineka.

Ini yang saya maksudkan bahwa KUA inklusi dapat menjadi laboratorium (pendidikan) toleransi beragama bagi anak. Karena ketika anak melihat fakta seperti tersebut di atas dan generasi dewasa menjadi narasumber secara arif, diakui atau tidak, lambat laun anak akan memiliki sikap yang inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun