Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jalur Zonasi PPDB, Pola Pendidikan yang Memanjakan

9 Maret 2024   07:53 Diperbarui: 9 Maret 2024   16:19 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari kompas.com

Beberapa siswa saya, merasa tak perlu semangat belajar karena sudah memiliki kepastian diterima di salah satu SMA (negeri) yang lokasinya dekat dengan lokasi rumahnya.

Fakta ini tak perlu diingkari sebab memang demikian kenyataan yang terjadi. Jalur zonasi, sistem PPDB yang memanjakan anak, meninggalkan beban tersendiri dalam proses pendidikan. Sekadar mengingatkan, selama ini kuota jalur zonasi 50%.

Belum lagi, seleksi melalui nilai (jalur prestasi) bagi anak yang rumahnya jauh dari lokasi sekolah tujuan, menjadi produk yang bertolak belakang dengan jalur zonasi.

Sebab, bukan mustahil, anak yang berdomisili jauh dari lokasi sekolah tujuan -- karena faktanya memang ada daerah yang tak memiliki SMA-- semakin terlempar jauh dari lokasi tempat tinggalnya.

Ini tak hanya menimpa anak SMP yang hendak masuk ke SMA. Tapi, juga menimpa anak SD yang hendak masuk ke SMP. Beruntung anak SMA yang hendak masuk ke perguruan tinggi (PT) karena tak ada jalur zonasi, tapi ada seleksi.

Jadi, mereka yang hendak memasuki ke PT sudah pasti memiliki semangat belajar yang tinggi. Kehilangan semangat belajar berarti kehilangan pula peluang masuk ke PT, khususnya yang negeri. Juga ke beberapa PT swasta.

Jalur zonasi seharusnya (memang) diterapkan setelah di semua daerah kebutuhan sekolah negeri terpenuhi secara merata. Di daerah tempat saya berdomisili, misalnya, jenjang SMP sudah merata di setiap kecamatan, bahkan tak hanya satu SMP (negeri). Tapi, tak demikian di jenjang SMA. Ada kecamatan yang tak ada SMA-nya.

Jika keberadaan sekolah belum merata di seluruh daerah, taruhlah misalnya, daerah kecamatan dan jalur zonasi diterapkan, tak hanya menciptakan pola asuh (mendidik) yang memanjakan bagi anak, tapi juga  terjadi kekurangadilan dalam pengelolaan pendidikan.

Gagasan ini dikemukakan karena sebentar lagi akan memasuki musim PPDB, khususnya di sekolah negeri. Yang, entah, jalur zonasi tetap diterapkan secara apa adanya seperti yang sudah-sudah, atau ada perubahan. Saat ini hal tersebut belum  diketahui.

Tapi, andai saja ada perubahan, misalnya, diterapkan jalur zonasi yang (tetap) diseleksi lewat nilai,  tentu (ini) akan mengurangi satu kelemahan pengelolaan pendidikan. Sebab, dengan begitu, anak akan  tetap memiliki semangat belajar dan orangtua akan berusaha memberi motivasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun