Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jalur Zonasi PPDB, Pola Pendidikan yang Memanjakan

9 Maret 2024   07:53 Diperbarui: 9 Maret 2024   16:19 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari kompas.com

Sejak diberlakukannya jalur zonasi, sekolah menerima siswa dalam kondisi yang tak jauh berbeda dengan kondisi yang sudah disebutkan di atas. Telah tujuh tahun jalur zonasi diterapkan, kondisi siswa yang demikian, hingga kini, tetap ada. Bahkan, ada kecenderungan semakin bertambah.

Yang paling merasakan adalah sekolah yang dulu (pernah) mendapat label sekolah favorit. Sebab, sebelum diberlakukan jalur zonasi, sekolah favorit selalu menerima siswa yang secara akademik cerdas.

Tapi, sejak jalur zonasi diberlakukan, sekolah termaksud harus menerima semua anak yang lokasi rumahnya dekat dengan lokasi sekolah.  Meskipun, secara akademik kurang cerdas, bahkan tak cerdas.

Teman-teman guru yang mengajar di sekolah favorit mengakuinya ketika saya mengajaknya mempercakapkan hal tersebut. Mengakui bahwa menjumpai fakta yang berbeda dalam pembelajaran tujuh tahun terakhir ini. Dulu, selalu enak saat mengajar; kini, tak selalu enak.

Sebagian besar siswa yang diterima lewat jalur zonasi, di semua sekolah, membutuhkan perhatian yang ekstra. Tentu hal ini tak ditolak  oleh guru. Sebab, memberi perhatian secara ekstra terhadap siswa yang membutuhkan memang tanggung jawab guru.

Justru peran guru akan terlihat secara nyata jika ia berhasil mendampingi siswa yang demikian. Yang asalnya kurang tahu menjadi tahu. Yang awalnya pasif menjadi aktif. Yang semula malas menjadi giat. Dan, lainnya yang sejenis.

Hanya, adanya siswa yang kurang tahu, pasif, malas, dan yang sejenisnya karena sistem yang dibuat, dalam hal ini jalur zonasi yang cenderung memanjakan anak dan sebagian besar orangtua, agaknya kurang tepat. Karena, seperti sudah disebutkan di atas, kurang mendidik. Itu sebabnya,  jalur zonasi perlu direnungkan ulang.

Sebab, jalur zonasi yang lebih bersifat memanjakan ini, diakui atau tidak, akan (semakin) memperparah kualitas pendidikan. Proses pendidikan bagi anak seharusnya menjauhi pola asuh yang memanjakan. Memperpanjang pola mendidik yang memanjakan tentu akan semakin memperpanjang problem pendidikan kita.

Jalur zonasi bagi anak sekolah dasar (SD) yang berdomisili dekat dengan lokasi sekolah menengah pertama (SMP) dipandang sebagai sistem yang memanjakan anak SD termaksud. Bahkan, sangat mungkin memanjakan orangtua mereka juga.

Akhirnya,  orangtua tak perlu lagi memikirkan belajar anaknya. Sebab, sekali lagi, seberapa pun nilai anak, tetap diterima di SMP tersebut sebagai siswa.

Hal ini setali tiga uang dengan anak SMP yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi sekolah menengah atas (SMA), mereka dapat dipastikan lemah belajarnya. Saya menghadapi fakta demikian di sekolah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun