Karenanya, sudah seharusnya masyarakat Kudus menghargai dan terus merawat warisan budaya tersebut, bahkan harus mengangkatnya ke tataran nasional karena toh Dandangan sudah masuk ke WBTB.
Sementara itu, Kirun, pelawak senior, melengkapi pemahaman tentang Dandangan bahwa di dalamnya tersirat ilmu pengetahuan tingkat tinggi, bahkan melebihi teknologi. Karena, Sunan Kudus, sudah berabad-abad yang lalu mengenal penentuan bulan Ramadan.
Pada zaman modern ini, penentuan bulan Ramadan cenderung menggunakan peralatan yang modern, mulai dari yang sederhana, yaitu teleskop manual, gawang hilal, hingga teleskop robotik.
Maka, hasil kebudayaan yang sudah berabad-abad lamanya dari tangan Sunan Kudus, yakni Dandangan tersebut, tradisi khusus yang tak hanya dimiliki oleh masyarakat Kudus, tapi patut dimiliki oleh masyarakat Nusantara.
Jadi, tepat sudah sebuah tema diskusi budaya pada masa Dandangan ini mengambil tema "Dandangan Warisan Budaya Masjid Menara untuk Nusantara".
Hujan rintik-rintik menjelang acara inti sedikit mengganggu. Seolah mengusir masyarakat yang hadir untuk segera mencari peneduh.
Sementara itu, terlihat dari jauh, tamu undangan masih berada di kursi sekalipun terlihat kurang nyaman. Beberapa ada yang mengenakan penutup kepala, yang terlihat seperti plastik.
Ternyata saya melihatnya belakangan, ada orang yang menjual. Ia berjalan ke beberapa arah dan menawarkan kepada mereka yang masih bertahan di tempat.
Dalam pikiran saya, aktivitas orang ini pasti sudah dipersiapkan dengan mempertimbangkan cuaca. Turun hujan memang masih terjadi, meski tak seperti dua-tiga minggu yang lalu, yang kerap terjadi.
Ini artinya, aktivitas diskusi budaya malam itu juga memberi ruang ekonomi bagi masyarakat (kecil), yang mungkin tak mampu menyewa kios di deretan pedagang di sepanjang jalan Sunan Kudus.