Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dandangan, Warisan Budaya Sunan Kudus yang Tetap Terawat

2 Maret 2024   18:36 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:44 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 4: Baliho yang berisi jadwal aktivitas budaya selama menjelang dan saat Dandangan (1/3/2024) (Dokumentasi pribadi)

Ini termasuk salah satu destinasi wisata religi yang berada di Kudus, selain Makam Sunan Muria. Destinasi ini menjadi objek kunjungan yang tak pernah sepi. Baik pengunjung dari Kudus maupun (lebih-lebih) dari luar Kudus.

Area diskusi dikemas menyatu dengan alam. Jadi, tak ada tarup. Panggung dibuat di bawah pohon beringin yang besar, yang berdaun rimbun. Tentu ini dipilih oleh panitia karena secara artistik, pohon beringin tersebut tampak indah, yang rimbun daunnya sekaligus dapat digunakan sebagai atap.

Di atas panggung, ketika saya datang, sudah terlihat pemain musik dan vokalis, yang saya mengetahuinya kemudian, bernama "Suluk Tajuk Menara". "Suluk Tajuk Menara" adalah kelompok atau grup  musik kolaboratif yang berlatar belakang islami.

Ilustrasi 2: Grup Suluk Tajuk Menara saat membangun suasana khidmat lewat tembang dalam diskusi budaya (1/3/2024) (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Grup Suluk Tajuk Menara saat membangun suasana khidmat lewat tembang dalam diskusi budaya (1/3/2024) (Dokumentasi pribadi)

Semua vokalisnya laki-laki, yang tergolong sudah usia dewasa. Diiringi musik kolaborasi antara rebana, gamelan, dan musik modern (yang saya dapat mendengar bunyinya) sepertinya kibor.

Tembang-tembang islami, atau lebih tepatnya disebut selawat karya leluhur, termasuk karya Raden Asnawi, keturunan ke-14 Sunan Kudus, dibawakan oleh grup Suluk Tajuk Menara. Dengan diiringi musik kolaboratif mampu membangun suasana  yang khidmat.

Selain Pj. Bupati Kudus, hadir sebagai narasumber dalam diskusi adalah tokoh kekinian, yaitu Habib Husein Ja'far dan tokoh komedi sepuh, Kirun. Mereka bertiga, Pj. Bupati Kudus, Habib Husein Ja'far, dan Kirun duduk di atas panggung di depan grup Suluk Tajuk Menara.

Acara inti diawali dengan sambutan Pj. Bupati Kudus. Dalam sambutan disampaikan bahwa karena tradisi Dandangan sudah masuk WBTB, maka sejak 2024,  acara Dandangan harus dikemas seperti  kegiatan berskala nasional.

Salah satu buktinya, begitu dikatakan, adalah mengundang tokoh-tokoh yang sudah dikenal di seantero Indonesia untuk ambil peran dalam kegiatan Dandangan.

Selain itu, disampaikan juga bahwa sudah waktunya Kudus memiliki komitmen untuk menjadikan destinasi yang ada masuk ke kategori halal tourism.

Sebagai tanda dibukanya tradisi Dandangan, Pj. Bupati Kudus dan kedua narasumber memukul terbang dalam irama yang rampak. Disambut tepuk tangan tamu undangan yang duduk di kursi dan masyarakat yang turut meramaikan acara malam itu sekalipun berdiri berderet di trotoar jalan di belakang tamu undangan.

Lokasi Alkul memang berada di tepi sebagian Jalan Sunan Kudus, yaitu seperti yang telah disebutkan di atas berada di lingkungan Menara Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun