Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengelola Tawuran Antarsiswa di Sekolah dalam Perspektif Seni Tari

29 Februari 2024   16:30 Diperbarui: 1 Maret 2024   08:06 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Siswa menampilkan tarian hasil refleksi "tawuran" antarsiswa di halaman SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, 27/2/2024 (Dokumentasi pribadi)

Usulan ini direspon positif oleh Wali Kelas dan guru BK. Mereka menyepakati konsekuensi yang harus dilakukan siswa termaksud. Dalam perihal ini, teman kami yang mengampu mapel Seni Tari menyarankan kepada kedua puluh siswa putra tersebut agar mencari tarian yang mengandung unsur peperangan.

Karenanya, tarian yang kemudian dibawakan terinspirasi dari bagian cerita Ramayana. Yaitu, peperangan antara Hanoman dan Rahwana, yang dalam cerita Ramayana adegan ini terjadi ketika Rahwana mencuri Sinta, istri Rama.

Ini relevan karena perbuatan mereka yang dianggap menyimpang, yaitu "tawuran" ditindaklanjuti dengan menampilkan tarian perang. Jadi, "tawuran" yang sangat mungkin didasari sikap emosi (marah), diekspresikan dalam tarian perang yang didasari penghayatan karakter.

Dalam konteks ini, perubahan dari sikap emosi (marah) ke penghayatan karakter tarian merupakan cara kreatif menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam diri siswa. Sebab, ternyata, prosesnya memerlukan waktu sekurang-kurangnya satu bulan.

Hitungan satu bulan tersebut dimulai sejak waktu dijumpainya perbuatan menyimpang siswa, yaitu "tawuran" hingga waktu tarian ditampilkan. Dalam sepanjang waktu tersebut ada banyak aktivitas bersama yang dilakukan oleh siswa terkait.

Misalnya, mencari referensi tarian, entah buku, video, atau media yang lain. Setelah menemukannya, mereka mendalami referensi tersebut. Mendiskusikan tentang isi dan gerakan. Selanjutnya, mereka berlatih. Mendiskusikan kostum dan pengadaannya. Terakhir, persiapan tampil.

Semua proses itu dilakukan secara bersama. Sehingga, Di dalamnya memuat literasi, numerasi, gotong royong, musyawarah, menghargai, kepemimpinan, keberanian, kejujuran, dan yang lebih daripada itu adalah rekonsiliasi.

Puncak rekonsiliasi terlihat saat mereka menampilkan karya tari di tengah lapangan dengan karakter masing-masing secara menarik. Yang awalnya "tawuran" menjadi sebuah pertunjukan seni tari perang sebagai karya kreatif.

Yang, tak hanya memikat siswa dan guru dan tenaga kependidikan (GTK) yang melihat. Tapi, juga menjadi sebuah pengalaman belajar yang bermakna bagi para pembawa karakter (penari). Selain itu, tentu juga bagi siswa yang melihat pertunjukan tersebut.

Karena, melalui pertunjukan tersebut, siswa yang sebatas melihat pun pasti saling memperbincangkannya. Tak hanya memperbincangkan pertunjukannya. Tapi, juga memperbincangkan alasan ada pertunjukan tari tersebut.

Dari bincang-bincang ini dipastikan siswa memperoleh banyak pengetahuan. Misalnya, mereka mengetahui bahwa tarian bermula dari adanya "tawuran" yang dilakukan oleh para penari, kecuali dua siswa putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun