Oleh karena (dimungkinkan) ada perbedaan sikap --sekalipun sangat sedikit-- wali kelas dengan guru BK seperti telah disebut di atas, tak jarang oleh sebagian guru, wali kelas tersebut dianggap memberi perlindungan dan pembelaan terhadap siswanya.
Hanya, anggapan seperti itu (memang) tak pernah terungkap langsung di hadapan wali kelas bersangkutan. Selalu tersembunyi, dalam arti, hanya diungkapkan kepada guru lain, yang tentu untuk menjaga hati. Sebab, pasti ada dampak buruk juga ketika ungkapan itu sampai ke telinga wali kelas yang dimaksud.
Kedua, saat diadakan rapat kenaikan kelas, yang dalam momen itu berfungsi untuk meneguhkan siswa sudah atau belum tuntas. Dalam momen seperti itu selalu ada wali kelas yang menginginkan semua siswanya tuntas belajar.
Sekalipun sikap seperti itu sebetulnya tak perlu dilakukan oleh wali kelas. Sebab, angka atau nilai yang menggambarkan siswa sudah atau belum tuntas sudah dikaji secara cermat dan teliti oleh masing-masing guru mapel.
Kalau wali kelas kemudian menginginkan semua siswanya tuntas, padahal kenyataannya ada siswa yang belum tuntas, bolehlah sikap itu dianggap sebagai kurang mau mengerti bahwa guru mapel sudah bekerja keras.
Makanya, dalam konteks seperti itu sering terjadi suasana yang kurang nyaman. Wali kelas (ada kesan kuat) memperjuangkan siswanya, sementara guru mapel tetap mempertahankan angka atau nilai yang diberikan kepada siswa karena sudah relevan dengan kompetensinya.
Toh begitu, sekali lagi, tak pernah ada ungkapan langsung (dari guru lain) di hadapan wali kelas yang sedang "memperjuangkan" siswanya dengan menyatakan bahwa wali kelas telah membela dan melindungi siswanya. Tak pernah ada! Jadi, lebih berwujud dalam relasi bisik-bisik.
Realitas seperti itu, agaknya hingga kini tetap terus terjadi. Sehingga, setiap ada momen, terutama momen kenaikan kelas, selalu ada suasana yang agak mengganggu hati. Tak hanya mengena ke wali kelas. Tapi, juga ke guru BK, guru mapel --yang tak terbatas satu dua guru saja. Memprihatinkan jika tak ada upaya mau berubah.
Memberi pengertian baru
Maka, perenungan berikut ini kiranya memberikan pengertian baru kepada guru, baik guru yang menjadi wali kelas, guru BK, guru mapel, (bahkan) maupun guru yang menjadi kepala sekolah mengenai peran wali kelas
Bahwa dalam proses pembelajaran selalu ada siswa yang mengarah ke baik-baik saja. Tapi, ada juga yang belum mengarah ke sana, malah sebaliknya, menjadi tak baik-baik saja. Baik dari sisi prestasi maupun perilaku. Namun, semua itu menjadi tanggung jawab bersama.