Dengan melakukan aktivitas yang produktif seperti itu, pikiran dan benak siswa (baca: anak) tetap terbimbing. Anak justru menjadi pribadi yang tak hanya cerdas, tapi juga terampil dan berprinsip.
Hanya sayang, sebagian (besar) siswa dimungkinkan  tak belajar. Mereka hanya sibuk dengan gawai. Bermedia sosial dan/atau nge-game untuk memenuhi kesukaannya. Hal yang sebetulnya tak salah kalau mereka dapat berbagi waktu.
Tapi, siapa yang dapat menjamin bahwa mereka dapat berbagi waktu? Â Sebagian waktu untuk belajar; sebagian waktu untuk memegang gawai bermedia sosial dan/atau nge-game? Sepertinya, tak ada pihak yang dapat menjamin.
Saya menyatakan seperti itu karena setiap hari ketika masuk sekolah, saya selalu menjumpai siswa. Dan, kebiasaan siswa terkait dengan gawai sudah sangat terlihat.
Sampai-sampai sekolah harus menyiapkan loker gawai untuk menyimpannya saat tak digunakan siswa dalam pembelajaran.
Kondisi itu mengisyaratkan bahwa sebelum ada loker, siswa di sekolah tak dapat berbagi waktu. Kapan mereka boleh memegang gawai dan kapan tak boleh memegang gawai.
Ternyata, memegang gawai menempati waktu terbanyak meski mereka sedang berada di sekolah. Saat istirahat, saat berada di kantin, saat izin ke belakang, bahkan saat proses pembelajaran dapat saja secara sembunyi-sembunyi mereka memegang gawai. Ini deskripsi saat belum disediakan loker.
Jadi, hampir-hampir pikiran dan benaknya tak dapat lepas dari gawai. Secara fisik lepas dari gawai, oke! Tapi, secara nonfisik, ia tak dapat lepas dari gawai, dalam arti pikiran dan benaknya terus tergadai oleh gawai.
Nah, saat liburan dua pekan ini, bukan mustahil --karena pikiran dan benaknya tergadai oleh gawai-- mereka bisa-bisa lupa memiliki peran sebagai siswa. Apalagi kalau lingkungan keluarga tak mengontrol. Mereka pasti benar-benar kehilangan peran itu.
Dan, kini, tiba-tiba waktu liburan sudah menjelang habis. Mereka harus bersiap-siap (kembali) masuk sekolah. Dalam kondisi mereka kehilangan peran sebagai siswa, guru harus  bersiap diri mengantar mereka masuk kembali ke alam pembelajaran.
Perihal guru menyiapkan perangkat pembelajaran, tak perlu ditanya lagi. Itu sudah pasti. Sebab, syarat administrasi ini sangat dibutuhkan.