Atau, dalam bahasa yang berbeda, seluruh gerak  pemikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan siswa terkontrol oleh kata-kata positif di dalam pin yang dikenakannya.
Bahkan, kalau siswa selama mengenakan pin  lupa mewujudkan atau sengaja  tak mewujudkan maksud yang terkandung dalam kata-kata positif tersebut, kawan yang berada di dekatnya dan (kebetulan) mengetahuinya tak tinggal diam. Mereka mengingatkannya.
Saya mengetahui  hal itu karena beberapa kali saya menanyakan tentang pemakaian pin kepada beberapa siswa kami.  Intinya, tanggung jawab untuk mewujudkan spirit yang terkandung dalam kata-kata positif di pin mulai tumbuh dalam diri siswa.
Sikap tersebut berbeda dengan ketika mereka belum mengenakan pin. Kata beberapa siswa, sebelum mengenakan pin, perasaan, pikiran, dan perbuatan mereka tak ada  kontrolnya, sehingga mereka cenderung lebih bebas.
Adanya pergantian pin setiap hari dimaksudkan agar setiap siswa menghayati kata positif yang berbeda dari hari ke hari berikutnya.
Tentu saja pemakaian pin yang setiap hari berganti tak menjamin kata positif yang ada di dalamnya (yang berbeda-beda itu) terhayati secara mendalam pada hitungan satu-dua hari.
Tapi, sepanjang waktu siswa menjalani pendidikan di sekolah tempat kami mengabdi dengan pemakaian pin yang memuat kata positif yang sama setelah sekian putaran secara berulang-ulang diyakini  siswa dapat  menghayatinya.
Maksud pemakaian pin kata-kata positif oleh siswa kami sebetulnya tak berbeda dengan maksud pemakaian pin oleh aparatur sipil negara (ASN), yang berbunyi "BerAKHLAK".
BerAKHLAK artinya Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Pin BerAKHLAK yang dikenakan oleh ASN, diakui atau tidak, mengontrol ASN agar mereka memiliki spirit kerja seperti yang tertulis di dalam pin tersebut.
Kalau ada ASN yang bekerja tak memiliki spirit seperti termaksud dalam pin sudah seharusnya mereka menutup wajahnya alias malu.