Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Laci Meja Siswa, Riwayatmu Dulu dan Kini!

5 Desember 2023   19:03 Diperbarui: 6 Desember 2023   17:04 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Meja siswa berlaci di salah satu ruang kelas. (Dokumentasi pribadi)

Ini termasuk bagian yang ternyata memiliki efek  terhadap pembelajaran dan karenanya  (sangat) penting dilakukan. Seperti halnya petugas piket kebersihan melakukan tugasnya setiap pagi sebelum jam pembelajaran dimulai. Agar, kondisi ruang kelas bersih.

Ruang kelas yang bersih sangat berhubungan dengan rasa nyaman dan aman. Siswa, pasti dapat menikmati proses pembelajaran dengan tenang dalam kondisi ruang seperti itu.

Berbeda dengan ketika kondisi ruang kelas kotor, yang tentu banyak nyamuk berseliweran  mencari mangsa, juga bau-bau kurang sedap, siswa tak mungkin tenang dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hal yang seperti itu tak pernah saya bersama teman-teman alami ketika masa-masa sekolah dulu, pada 70-80-an. Hal yang sama tentu tak dilakukan oleh siswa di sekolah lain sekalipun meja siswa berlaci. Laci meja hanya untuk menyimpan alat-alat tulis, tak yang lain.

Memang, harus diakui bahwa waktu itu siswa jarang membeli makanan di sekolah. Saya saja diberi uang saku oleh orang tua  hanya waktu ada jadwal olahraga, seminggu sekali.

Itu pun makanan yang kami beli tak berbungkus.  Tersedia di piring dan kami tinggal mengambil langsung melahapnya.

Jika membeli dawet --seingat saya adanya dawet waktu itu-- langsung meminumnya dari gelas dan setelahnya, gelas dikembalikan ke penjual untuk digunakan kembali (oleh siswa lain yang membeli) setelah dicuci sekadarnya. Tak ada yang dibungkus plastik.

Karenanya, praktis tak ada sampah yang terbawa ke ruang kelas. Kalau pun ada, paling-paling sobekan-sobekan kertas, tapi itu pun tak tersimpan di laci meja. Umumnya, sobekan-sobekan kertas jatuh di lantai kelas, yang masih berupa tanah.

Kini, konteksnya jauh berbeda. Di sekolah banyak kantin. Makanan yang tersedia sangat beragam. Kebanyakan berbungkus, yang memudahkan bagi anak membeli dan langsung membawa ke lokasi tertentu yang dianggap nyaman untuk menikmatinya.

Sebetulnya kantin telah menyediakan tempat untuk makan. Tapi, karena jumlah siswa yang membeli melebihi jumlah tempat yang disediakan, selain juga berdesakan dengan siswa lain yang sedang membeli, tempat yang disediakan itu jarang digunakan.

Mereka lebih menyukai di selasar ruang-ruang kelas yang ada tempat duduknya atau di kursi-kursi yang disediakan di luar ruang. Tempat-tempat itu yang memang diizinkan untuk digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun