Siswa yang kurang atau tak memiliki kepercayaan diri hampir dapat dipastikan ada di setiap sekolah. Bahkan, boleh jadi dapat ditemukan di setiap kelas.
Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, khususnya di kelas yang saya ampu, saya menemukannya. Siswa yang termasuk dalam kategori seperti itu sangat mudah ditandai.
Umumnya, siswa tersebut kurang berani terlibat dalam aktivitas belajar sekalipun hanya berada dalam ruang lingkup kelas. Yang artinya orang-orang yang berada di sekitarnya setiap hari bertemu dan berkumpul. Dan, mereka tentu sudah saling mengenal.
Namun, ketika guru memberi kesempatan untuk maju, siswa tak mau maju. Saat diberi waktu untuk berbicara, ia bergeming (saja).
Waktu-waktu yang disediakan oleh guru untuk mengekspresikan kemampuannya tak dimanfaatkan. Mungkin disebabkan oleh rasa malu, takut (salah), diusili teman, dan yang lain.
Memberi afirmasi
Jika diamati secara jeli, sebetulnya siswa pasti memiliki kepercayaan diri di bidang tertentu sekalipun di bidang lain tak memiliki. Beberapa siswa saya tak berani unjuk diri di bidang akademik. Tapi, di bidang nonakademik, ia tampil maksimal.
Malah beberapa di antara mereka ada yang tampil sebagai pemimpin dalam kelompok bidang tersebut. Tentang hal ini guru umumnya sudah memberi afirmasi kepercayaan diri siswa di bidang kemampuannya, baik di hadapan pribadi siswa yang bersangkutan maupun  teman-temannya.
Hanya, yang perlu ditekankan adalah pemberian afirmasi terhadap pribadi siswa yang termaksud tak berhenti hanya pada momen-momen khusus.
Pemberian afirmasi terhadapnya dapat dilakukan berulang-ulang karena pada saat yang sama guru justru dapat banyak berdiskusi dan memberi motivasi, yang memungkinkan siswa mengembangkan kepercayaan dirinya.