Nah, jika sebaliknya yang terjadi tokoh di dalam cerita lebih baik dalam menyudahi konfliknya daripada cara yang dilakukan oleh siswa dalam realitas, bagaimana? Tak masalah. Sebab, siswa tak akan tersinggung. Ia pasti menerima kenyataan itu, toh hanya tokoh cerita yang menjadi pembandingnya.
Dan, bukan mustahil siswa yang bersangkutan akhirnya menyadari bahwa ia harus berubah. Dalam proses pembelajaran, ia pasti senyum-senyum sendiri. Karena, ia merasa menemukan sesuatu yang berbeda dalam dirinya.
Kedua, guru tak (perlu) menasihati dan mengajarkan tentang karakter terhadap siswa. Karena jika ini yang ditempuh guru, pasti gagal. Sudah banyak buktinya.
Dengan memanfaatkan cerita, guru lebih rileks sekalipun menyentuh ranah yang (paling) berat, yaitu karakter. Sebab, dalam prosesnya, sebenarnya siswa lebih banyak melakukan dialog batin dengan cerita.
Memang guru sendiri harus sudah mengetahui terlebih dahulu isi cerita. Misalnya, tentang tokoh, karakter tokoh, konflik, dan relasi antartokoh.
Dengan begitu, guru dapat menjembatani dialog batin siswa dengan cerita. Maksudnya, guru mengarahkan agar siswa dapat menautkan dirinya dengan tokoh, karakter tokoh, konflik, dan relasi antartokoh dalam cerita.
Proses ini dapat dilakukan dengan sekadar, misalnya, bertanya jawab, komunikasi personal dengan siswa --dari satu siswa, lalu berpindah ke siswa yang lain---perihal yang ringan-ringan.
Contoh, apakah siswa pernah atau sedang mengalami konflik seperti dalam cerita; apakah siswa memiliki kebiasaan seperti kebiasaan tokoh dalam cerita.
Saya melakukan proses ini tak serius-serius banget. Santai saja sambil guyonan, yang ternyata dapat diimbangi oleh siswa sekalipun pertanyaan-pertanyaan seperti ditulis di atas ditujukan kepadanya.
Dan sekalipun dijawab dengan senyuman saja, saya sudah mengetahui jawaban sebenarnya. Siswa yang lain, sepertinya, juga mengetahui jawaban sebenarnya, sehingga mereka juga ikut senyum-senyum.
Dalam semua itu, saya memandang bahwa kekuatan merasuknya nilai-nilai karakter kedalam diri siswa setali tiga uang dengan cara memberi teladan. Sebab, sejatinya, tokoh-tokoh dalam cerita juga teladan bagi mereka.